Senin, 07 Januari 2008

B-35 PERISTIWA DI SEPUTAR WAFAT BELIAU

PESAN KEPADA ANAK BELIAU ;
Sebelum al Ghauts al A'zham RA wafat, putra beliau, Syekh Saifuddin Abdul Wahhab RA, meminta wasiat kepada beliau. Menjawab permintaan ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Takutlah kepada Allah SWT, jangan takut kepada selain Allah. Selalulah menghadapkan diri kepada-Nya. Mohonkan segala permintaanmu kepada Allah. Jangan meminta kepada selain Allah. Jangan menyembah kepada selain Allah. Teguhlah dalam tawhid, tidakada keselamatan selain dengan tawhid. Jika hati tersambung kepada Allah, maka tidak ada hal lain yang indah di mata sang pemilik hati itu. Aku telah mencapai maqam Cinta Sejati. Di situ tidak ada tempat bagi kecintaan duniawi.'

KEHADIRAN MAKHLUK MAKHLUK SELAIN MANUSIA
Sebelum wafat, beliau berpaling kepada putra putri beliau, 'Menjauhlah dariku, saat ini, tampak seolah olah hanya kalian yang ada disini, namun sesungguhnya bukan hanya kalian yang hadir. Selain kalian, hadir pula makhluk makhluk Allah lain. Beri tempat untuk mereka, tunjukkan rasa hormat kepada mereka, minggirlah. Kini adalah saat saat rahmat dan ampunan. Jangan sesaki tempat ini'. Setelah mengucapkan kata kata ini, beliau melanjutkan, 'Semoga keselamatan, rahmat dan ampunan Allah terlimpahkan atas kalian. Semoga kita semua diampuni dan semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita'. Ucapan ini adalah jawaban terhadap salam dari para malaikat yang hadir di hadapan beliau. Diriwayatkan bahwa beliau menjawab salam mereka sepanjang siang malam penuh.

PERNYATAAN KESETIAAN KEPADA AHL SUNNAH
Syekh Abdur Razzaq RA dan Syekh Musa RA, dua putra beliau berkisah, 'Syekh mengangkat kedua tangan beliau dan berkata, 'Semoga keselamatan, rahmat dan ampunan Allah terlimpahkan atas kalian. Bertobatlah dan bergabunglah ke dalam Sawad al A'zham (Jamaah mayoritas atau Ahl Sunnah wal Jamaah). Untuk sebab inilah aku diutus. Sesungguhnya aku diutus untuk memerintahkan pada kalian untuk taat dan mengikuti Nabi Muhammad SAW. Selalulah bersikap lemah lembut'. Kemudian beliau berkata, 'Perbedaan antara aku dengan kalian dan seluruh makhluk adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Maka, jangan berpikir bahwa ada yang setara denganku, atau bahwa aku setara dengan yang lain.'

KEADAAN BELIAU
Pada waktu itu, putra beliau, Sayyid Abdur Rahman RA menanyakan keadaan beliau, dan beliau menjawab, 'Janganlah menanyakan apapun. Dengarlah, keadaanku senantiasa berubah di hadirat Allah. Derajatku terus menerus ditinggikan seiring waktu berjalan'.

RASA SAKIT BELIAU
Putra beliau, Sayyid Abdul Aziz RA, menanyakan sakit yang beliau rasakan. Beliau menjawab, 'Kalian tidak bisa membayangkan sakit yang kuderita. Tidak satu pun manusia, jin atau pun malaikat yang pernah merasakan sakit yang kualami'.

KEADAAN HATI BELIAU
Putra beliau, Sayyid Abdul Jabbar RA, menanyakan apakah beliau merasa sakit. Beliau menjawab, 'Seluruh badanku merasa sakit kecuali hatiku. Hatiku terlindungi, oleh karena hatiku adalah perbendaharaan dada yang senantiasa berzikir kepada Allah dan yang merupakan kota Nur Nabi SAW'.

SAAT SAAT TERAKHIR BELIAU
Pada saat saat terakhir beliau di atas dunia fisik ini, Sayyid Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'AKu memohon pertolongan Allah. Aku bersaksi bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah. Dialah Yang Maha Agung dan satu satunya Wujud Hakiki yang tidak mengenal mati. Maha Suci Dia, yang menguasai hamba hamba-Nya dan mematikan mereka. Tiada yang patut disembah kecuali Allah. Muhammad SAW adalah Nabi Allah'.

WAFAT BELIAU
Pada malam wafat beliau, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Aku meminta maaf kepada kalian semua. Tahukah kalian siapakah aku ?. Aku sama sekali tidak takut pada manusia, jin bahkan kepada Malaikat Pencabut Nyawa. Wahai Malaikat Pencabut Nyawa, bawalah aku kehadirat Sang Penciptaku, yang telah menganugerahiku kesempatan menjadi wali, Dia Sang Maha Tinggi yang Maha Memerintah aku'.
Pada bulan Rabiul Akhir 561 H (ada beberapa riwayat mengenai tanggal wafat beliau, 11 atau 17), Sang Kekasih Nabi SAW, Bintang Benderang Sayyid Ali KW, Buah Hati Sayyidah Fathimah RdA, Keagungan Imam Hasan RA, Cahaya Imam Husain RA, Kesayangan Sayyid Abu Shalih RA dan Sayyidah Ummul Khair Fathimah RdA, Obor Pembimbing dan Ilmu Pengetahuan, Khalifah Habib Allah Nabi SAW, tempat Keselamatan bagi Seluruh Murid, Quthb para Quthb, Ghauts dari segala Ghauts, Wali dari seluruh Wali, Sultan para Wali dan Wali Teragung, Sang Pembangkit Agama, Penghulu Manusia dan Jin, al Ghauts al A'zham, Syekh Sayyid Muhyiddin Abdul Qadir al Jilani RA, bersinar untuk terakhir kalinya di bumi ragawi ini. Sang Wali Agung nan Bercahaya telah menyeberang jembatan kematian, yang membawa Sang Pencinta kepada Yang Tercinta. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun

MAKAM BELIAU ; Makam beliau yang penuh berkah (mazar) terletak di Baghdad, Irak. Makam tersebut ramai dikunjungi umat muslim, ulama besar dan tentu saja, oleh awliya setiap zaman. Semoga Allah mengokohkan kita di atas jalan Ahl as Sunnah wa al Jamaah. Semoga kecintaan kita pada al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA tetap lestari dan senantiasa meneladani beliau dan hamba hamba Allah yang taat.

B-34 KITAB DAN RISALAH BELIAU

Al Ghauts al A'zham RA juga adalah penulis banyak kitab dalam pelbagai bidang. Karya karya beliau dipenuhi samudera ilmu, kebijaksanaan, kewaskitaan. Dua kitab beliau yang paling terkenal adalah al Ghunyah dan Futuh al Ghaib. Selain kedua kitab ini, banyak ulama terkemukan yang mengikuti pengajian beliau telah mencatat ajaran beliau. Banyak dari catatan ini yang masih lestari dalam susunan aslinya hingga hari ini, yang terdapat di pelbagai belahan dunia.
Kitab kitab utama beliau, juga kumpulan ajaran beliau adalah :
Al Ghunyah li Thalib Thariq al Haqq (Bekal bagi Penempuh Jalan al Haqq)
Kitab ini adalah sebuah penjelasan komprehensif tentang Arkan al Iman (Pokok Pokok Keimanan), Arkan al Islam (Pokok Pokok Islam) dan Ihsan (Kesempurnaan Spiritual). Karya ini adalah kitab mengenai fiqih Hanbali dengan pendekatan khusus kepada salat. Karya ini tidak boleh dilewatkan bagi siapa saja yang ingin melakukan tabligh juga amr bi al ma'ruf wa nahyu anil munkar.
Futuh al Ghaib (Penyingkap Keghaiban), sebuah kumpulan 78 ceramah beliau.
Al Fath ar Rabbaniy (Penyingkap Rahasia Ilahiy).
Kitab ini adalah kumpulan 72 ceramah, pesan utamanya adalah untuk meningkatkan diri kepada ketinggian spiritual, juga untuk mengajak anda membaktikan seluruh hidup dalam penghambaan kepada Allah, hanya semata untuk mendapat ridha-Nya dan Qurb (kedekatan) dengan-Nya, tanpa mengharapkan ganjaran apa pun di dunia nanti. Dalam wacana wacana ini, beliau memperingatkan kaum munafiqin yang melalaikan agama dan takut kepada raja raja dan penguasa demi keuntungan duniawi.
Jila' al Khathir (Penyucian Pikiran), sebuah kumpulan 45 ceramah.
Sirr al Asrar (Rahasia Maha Rahasia), kitab ini menerangkan hal hal berkenaan dengan syariat, tarekat, haqiqi ma'rifat dan tasawwuf.
Malfuzhat (Kumpulan Percakapan dan Ujaran)
Khamsata Asyara Maktuban, karya ini tertulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Ali bin Husam ad Din al Muttaqi (w. 977 H/1569 M)
Nasehat utama beliau tentang sifat sifat yang menjadi dasar utama tasawwuf, yaitu :
Sakha (kedermawanan) Nabi Ibrahim AS
Ridha (rela atas segala keputusan Allah) Nabi Ishaq AS
Shabr (kesabaran) Nabi Ayyub AS
Isyarah (pengajaran simbolik) Nabi Zakariyya AS
Ghurbah (hidup seolah olah dalam keterasingan) Nabi Yusuf AS
Lubs ash Shuf (mengenakan jubah sufi) Nabi Yahya AS
Siyahah (pengembaraan) Nabi Isa AS
Faqr (kemiskinan duniawi dan kekayaan ruhani) Nabiyyuna wa Habibuna wa Syafiuna Muhammad SAAW

B-33 CERAMAH KEDUA

CERAMAH KEDUA – MALAM SELASA 19 SYAWWAL 545 H
Penampilan luar seseorang yang pamer (amal) bisa jadi kelihatan mengagumkan, namun sesungguhnya hatinya tidak bersih. Dia menjauhi hal hal yang diperbolehkan (agama), meninggalkan apa yang halal, tetapi memanfaatkan agama demi keuntungan duniawi. Keadaan hatinya yang sesungguhnya tersembunyi dari pandangan orang orang, namun ada sebagian orang yang mengetahui dan menyadari siapakah dirinya sesungguhnya.
Segala amal salehnya hanyalah pura pura. Batinnya ternoda dan kotor. Alangkah sedih engkau tidak memahami bahwa ketaatan kepada Allah berasal dari hati dan bukan dari jasmani. Semua amal baik yang sejati sesungguhnya berkaitan dengan hati sanubari. Buatlah amal amal sejati melucuti pakaian kepalsuan dari dirimu dan mengenakan pakaian kesejatian dirimu.
Tanggalkan pakaian penipuan dan kebohongan ini. Tanggalkanlah pakaian kemunafikan dan pamer ini. Tanggalkanlah pakaian keinginan, kemunafikan dan kesombongan. Tanggalkanlah semua pakaian ini dan biarkanlah tercampak di tanah berdebu sehingga kau dapat berbusana pakaian kesejatian cinta dan kehormatan hakiki. Inilah jubah jannah, yang merupakan pemberian Sang Penciptamu.
Dengan kata lain, tanggalkanlah pakaian pakaian dunia dan kenakanlah busana negeri yang akan datang. Berhentilah beramal saleh untuk meraih simpati manusia, sehingga mereka akan memujimu dan kau akan menjadi sombong, tinggalkan ini dan datanglah kehadirat Allah, dan kau akan dilimpahi rahmat oleh-Nya. Jika kau berbuat demikian, maka rahmat-Nya yang tidak kenal batas akan membawa diri-Mu kepada diri-Nya. Bahkan tinggalkan dirimu, dan datanglah kehadirat Allah. Jadilah milik-Nya dan Dia akan menjadi milikmu.
Ini akan membuatmu bisa mencapai tempat peristirahatan dalam naungan bayang bayang rahmat-Nya yang tiada kenal batas. Dialah yang memiliki semua obat penawar sakitmu. Dialah yang memiliki kedamaian bagi pedih dan duka laramu. Hancurkanlah dirimu demi Dia, maka Dia akan menyusun segala sesuatu bagimu. Jauhkanlah dirimu dari segala sesuatu, maka Dia akan menjadi dekat padamu.
Setelah hal ini, adakah lagi yang bisa kau pinta ?, adakah hal lain yang lebih baik dari ini, bahwa engkau dekat dengan Dia, Dia melipur duka laramu, mengobati sakitmu dan memberikan segala sesuatu yang kau butuhkan ?. begitu kau serahkan dirimu kepada-Nya, bahkan seandainya pun seluruh manusia di dunia ini menentangmu, mereka tidak akan pernah merugikanmu. Jika Dia menjadikan dirimu sahabat-Nya, maka Dia akan membantumu dalam semua pertempuran duniamu. Hanya orang yang mempergunakan tawhid Allahlah yang bisa membawa cinta di hati manusia, mengisi kehidupan dengan kesalehan dan menghancurkan kemungkaran dunia. Orang yang menyulut obor cinta Allah dan memadamkan segala obor cinta lainnya, dialah orang yang telah mencapai puncak keberhasilan.
Orang semacam itu telah mencapai tujuan akhirnya dan telah berhasil mencapai keselamatan. Dia adalah orang yang telah mengetahui rahasia rahasia dalam memperoleh keuntungan sejati di dunia dan oleh karena itu, penting bagimu untuk merasakan mati sebelum datang kematian. Dengan kata lain, bunuhlah nafsumu, bunuhlah hasrat hasrat rendahmu, bunuhlah setan terkutukmu.
Ini adalah jenis kematian khusus. Kematian yang secara umum kita kenal akan menimpa semua orang, namun kematian jenis ini hanya sedikit bagi orang orang yang mengerti. Wahai manusia, ambillah kata kataku ini, karena aku menyerumu ke jalan Allah. Aku mengajakmu menuju ketaatan kepada-Nya. Aku tidak mengajakmu menuruti keinginanku. Orang orang munafik tidak terpanggil menuju Allah, tetapi menuju kepada nafsu mereka. Merekalah pengemis pengemis di dunia ini.
Wahai orang orang yang lalai, kau merasa terganggu dengan nasehat orang orang saleh, karena kau tak ingin tinggal di dalam cinta Sang Penciptamu. Kau berharap untuk tinggal di dalam kuil berhala, sehingga kau dapat bebas dari segala aturan yang mengekangmu. Ini adalah jalan yang membawamu menuju kehancuran. Kau harus pegang nasehat sepenuh hatiku ini, kau harus terus bersama dengan orang orang saleh. Campakkan belenggu kejahatan dari kudukmu. Pegang teguh Daman Mursyid al Kamil (pir)mu, dengan melakukan hal ini, kau akan dapat mendaki tinggi, dan, ya, kau akan jadi sarana kecemerlangan hati orang orang yang bergaul denganmu, kemudian melenyapkan kegelapan dari hati mereka. Jika seseorang hanya mengucapkan kata kata kesalehan dan hanya takut kepada Allah di lidah, sementara hidupnya dipenuhi dosa, maka orang semacam ini adalah muslim diluarnya saja, tetapi kafir di batinnya. Dari luar, dia tampak sebagai muwahhid, namun batinnya musyrik. Seorang mukmin sejati memulai upayanya dengan memperbaiki dan mempersiapkan batinnya. Sebagaimana seorang perancang rumah, pertama kali dia membangun rumah, baru kemudian memasang pintu yang indah (bukan memasang pintu sebelum membangun rumah).

B-32 CERAMAH BELIAU

Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyampaikan ribuan ceramah sepanjang hayat beliau, di depan pengajian yang dihadiri ribuan orang awam, ulama dan wali. Diriwayatkan dari sumber yang terpercaya bahwa pada saat disampaikannya pengajian beliau, terdapat sekitar 400 penulis yang mencatat ceramah beliau.

CERAMAH PERTAMA, JUMAT 15 SYAWWAL 545 H
Hati awliya Allah adalah suci dan bersih. Mereka adalah orang orang yang sudah bercerai dari makhluk dan tengelam dalam cinta kepada Sang Pencipta. Mereka telah menceraikan dunia dan mempersiapkan diri untuk Hari Kemudian. Kau tidak akan bias mengenali mereka, karena kau tersesat dalam dunia ini. Terbentang jarak amat jauh antara kau dengan mereka. Jika ada saudaramu mukmin yang memberimu nasihat, jangan melakukan hal yang bertentangan dengan perkataannya, karena dia bias melihat hal hal pada dirimu yang tidak bias kau lihat. Nabi SAW bersabda, 'Seorang muslim adalah cermin bagi muslim lainnya'.
Seorang mukmin sejati akan selalu memberi nasihat kepada saudaranya sesama muslim, tulus dari dasar hatinya. Dengan terbuka dia katakana kelemahan dan kekurangan saudaranya. Allah Yang Maha Suci telah meletakkan di hati muslim semangat untuk menasehati saudaranya, termasuk pada hatiku. Amalan yang paling kusenangi adalah memberi nasihat dan menyampaikan kebenaran kepadamu, dan menjelaskan kepadamu apa yang kumengerti. Sebagai imbalannya, aku tidak menginginkan apapun dari dunia ini maupun di dunia nanti. Yang kuinginkan adalah ridho Kekasihku dan ini adalah doaku. Ya, aku sangat berbahagia ketika umatku mencapai keberhasilan dan kemakmuran dan kemunduran kaumku terasa olehku laksana panah panah yang menusuk hatiku. Bila salah satu muridku mencapai keberhasilan, maka hati terasa sangat bahagia, sehingga kutundukkan hati dan kepalaku ke hadirat Sang Penciptaku. Wahai hamba Allah !, perbaikan keadaanmulah yang menjadi tujuanku. Aku tidak memiliki pamrih pibradi, karena jenjang itu telah kutaklukkan. Aku ingin menggandeng tanganmu dan membimbingmu menuju jalan yang lurus, maka jangan segan meminta pertolongan dan bantuanku di jalan ini, sehingga kau dapat mencapai keberhasilan, aku dapat memperindah dirimu di hadapan Allah dan bukan dalam pandangan manusia, yang kuinginkan adalah menunjukkan padamu siapakah dirimu sesungguhnya. Seperti apakah keadaanmu ?. apakah seperti setitik air dalam segumpal daging yang mati, atau laksana sepotong bangkai yang dipenuhi belatung dan ulat, dibiarkan untuk burung pemakan bangkai dan hewan hewan lain.
Engkau harus paham bahwa orang yang mengajakmu taat dan menjadi hamba para raja dunia ini dan menuangkan pada hatimu ketamakan dunia, emas dan perak, yang kau anggap lebih berharga daripada harta kekayaanmu yang sejati (iman), sesungguhnya ia sedang menyesatkanmu. Dia tidak lain adalah setan.
Ingatlah pada Allah !, balasan atas ketamakan ini tidak lain adalah hilangnya kemuliaan dan timbulnya kehinaan. Rasul SAW tercinta telah menyatakan, 'Orang yang paling pantas menerima muka Allah adalah orang yang menghasratkan hal hal (dunia) melebihi kebutuhannya (karena tamak)'. Jika kau berpikir manusia dapat memberimu keuntungan berlimpah, sehingga akan menelan segala sesuatu, maka sesungguhnya kau belum mengerti Rahasia Taman Taqir. Ini adalah bisikan setan dalam hatimu. Sesungguhnya kau bukanlah hamba Allah, tetapi kau adalah hamba nafsumu dan pembantu pembantu setan.
Ceraikanlah kecintaan pada uang dan harta benda dan cobalah bebaskan dirimu dari penjara dunia ini. Jika kau ingin merdeka darinya, maka kau memerlukan bimbingan seseorang. Maka kau harus mencari seorang pembimbing. Ingatlah, bahwa jika kau mencari seorang bimbingan semacam itu dengan mata jasmanimu, itu tak ada bedanya dengan mencari cari sesuatu dalam gelap. Bimbingan ini hanya bisa ditemukan dengan menggunakan mata hati dan pandangan ruhani. Jika kau ingin menjumpai bimbingan itu, maka syaratnya adalah iman. Jika kau tidak memiliki iman, maka kau tidak akan pernah memiliki pandangan batin. Allah berfirman, 'Bukan mata jasmani yang buta, namun butanya mata yang ada di dalam dada'. (QS al Hajj 22:46). Perumpamaan ketamakan terhadap dunia adalah ibarat seseorang yang memberikan uang dinar untuk ditukar dengan jerami. Jerami akan segera terbakar dan musnah, sedangkan dinar yang sebelumnya kau miliki, hilang sudah.
Jika imanmu lemah, pastilah kau akan memburu dunia. Cobalah perkuat imanmu sehingga derajatmu dapat terangkat dan memiliki keyakinan sejati kepada Allah. Bila imanmu bertambah kuat, maka kau akan melihat bahwa keyakinanmu kepada Allah akan bertambah kokoh pula, dan kau akan menyaksikan kebutuhanmu dipenuhi-Nya bahkan tanpa sepengetahuanmu. Bila kau menjauhi keramaian orang, kau akan menyadari bahwa kau akan mencapai tingkat dimana kau siap dan rela memberikan hidupmu ke tangan Malaikat Maut. Kau tidak akan memikirkan hal itu, juga mengenai kemana gelombang laut Kebenaran Sejati akan membawamu.
Maka kekhawatiran dan kesenangan duniawi sama sekali tidak akan mempengaruhi dan mengganggu jiwamu. Nabi bersabda, 'Ceraikanlah pikiranmu dari dunia ini semampu kalian'. Wahai hamba Allah!, cobalah bebaskan dirimu dari belenggu dunia ini. Tambatkan dirimu dengan tali kokoh rahmat Allah, yang dengan mantap akan menarik bahtera hatimu menuju pantai sejati Samudera Cinta. Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dia Sang Maha Tahu. Segala sesuatu ada di dalam kendali-Nya. Jika kau mendambakan Dia, pertama tama mintalah kebersihan bagi hatimu. Mohonlah iman dan makrifat. Mohonlah ilmu. Mohonlah keridhaan hati. Mohonlah cahaya hati. Mohonlah cinta dan kasih sayang-Nya. Mintalah semua ini dari-Nya.
Jika kau memperoleh ini semua, maka kau telah memiliki segalanya. Jangan tadahkan tanganmu kepada yang lain. Tujuanmu adalah Dia. Tidak ada guna memohon kepada orang yang sombong dan angkuh di dunia ini. Wahai hamba Allah, jika kau hanya mengucapkan kalimat syahadat dengan lidahmu, dan hatimu tidak memunculkan kesaksian ini dalam perbuatanmu, maka sesungguhnya kau belum bergerak selangkah pun menuju Sang Pencipta.
Kesungguhan perjalanan (menuju Allah) tergantung pada laju (ruhani) dan kekuatan hati. Kedekatan sejati adalah kedekatan jiwa. Amal saleh sejati adalah amal yang disertai jiwa, atau dengan kata lain, keikhlasan. Perbuatan baik ini hanya dapat dilaksanakan jika kau tetap berada di dalam batas batas yang ditetapkan syariat dan disertai perlindungan syariat. Ini semua hanya bisa dicapai oleh hamba Allah yang sejati dan saleh. Ini harus menjadi mistar pengukurmu. Jika manusia tidak mempergunakan jiwanya sebagai mistar, maka dia tidak akan berhasil. Tindakan atau amalan yang dilakukan untuk memamerkan kesalehan diri bukanlah amal yang sejati. Amal kebaikan yang sejati dilakukan dengan sembunyi sembunyi. Orang hanya wajib melaksanakan fara'idhnya secara terbuka, karena memang diharuskan. Amalan seseorang tergantung kepada tawhid dan keikhlasannya. Jika dua hal ini tidak ada, maka amalan seseorang tidak ubahnya laksana sebuah bangunan tanpa pondasi yang kokoh. Tidak akan lama waktunya bagi bangunan itu untuk rubuh dan runtuh. Pertama tama bangun dan perkokoh pondasi ini, setelah itu dirikanlah bangunan yang megah.
Jika Allah berkehendak, maka bangunan semacam itu tidak akan pernah ambruk atau hancur, karena bangunan ini memiliki pondasi yang kokoh. Hanya dengan menerima keesaan Allah, amal amalmu akan dapat bercahaya di angkasa ruhani sebagaimana bulan purnama dan akan mencurahkan sinar sebagaimana matahari.

B-31 SEKILAS ANAK ANAK BELIAU

Sayyid Syekh Abdul Wahhab RA
adalah putra sulung Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Dia lahir pada Sya'ban 523 H di Baghdad, meninggal pada Sya'ban 593 H, dimakamkan di Baghdad. Dia mencapai kepakaran dalam ilmu hadits, fiqh, dan lain lain dari sang ayah. Dia juga merantau untuk belajar ilmu pengobatan kuno. Pada usia 20, dia mulai mengajarkan Islam di bawah pengawasan ayahnya. Setelah wafat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA, dia meneruskan memberi pelajaran dan mengeluarkan fatwa. Banyak orang dari pelbagai penjuru yang memperoleh manfaat dari ajaran dan didikannya. Dari seluruh saudaranya, dialah yang paling saleh dan cendekia, dialah pewaris sejati al Ghauts al A'zham RA. Dia banyak menulis kitab, termasuk dalam bidang tasawwuf. Dia juga merupakan ulama besar dan ahli fiqh terpandang di zamannya. Di antara kitab hasil karyanya adalah Jawahirul Asrar dan Latha'iful Anwar.

Sayyid Syekh Isa
dia juga adalah orang yang sangat cerdas dan saleh. Dia memperoleh semua pendidikannya dari sang ayah. Beliau adalah pakar hadits dan fiqh dan ahli di bidang hokum Islam. Dia juga adalah seorang penulis hebat. Dia banyak membuat karya puisi mistik tentang kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW.

Sayyid Syekh Abdur Razzaq RA
beliau lahir pada 18 Dzil Qa'dah 528 H. dia juga memperoleh didikan dari ayahnya. Selain ahli dalam bidang hadits dan fiqh, dia juga jago debat. Dia adalah seorang Hafizul Hadits dan seorang pakar fiqh. Kebaikan hati, kedermawanan, dan kerendahan hatinya sangat terkenal di Baghdad. Dia biasa menjauhi keramaian orang, karena lebih menyukai keheningan bersama Allah. Namun demikian, dia sangat mencintai para penuntut ilmu yang haus akan Din. Dia meninggal pada Sabtu, 7 Syawwal 613 H di Baghdad. Pelayat yang ingin mensalati janazah Sayyid Abdur Razzaq RA luar biasa banyak, sehingga tidak ada lagi ruang tersisa di Kota Baghdad. Salat janazah harus diadakan di luar kota Baghdad agar semua orang dapat ikut mensalatinya. Salat harus dilaksanakan di beberapa tempat berbeda supaya semua orang mendapat kesempatan.

Sayyid Syekh Abu Bakr
lahir pada tanggal 28 Syawwal 536 H dan meninggal pada 28 Rabiul Awwal 603 H. dia adalah seorang ahli ibadah dan sufi besar. Banyak diantara ulama besar yang menjadi muridnya. Dia pindah ke sebuah daerah bernama Jibal pada 570 H dan keturunannya masih ada di tempat itu hingga hari ini.

Sayyid Syekh Yahya
Syekh Abdul Wahhab RA mengisahkan, 'Suatu kali ayahku jatuh sakit yang amat parah, sehingga kami khawatir bahwa kepergian beliau sudah dekat. Namun beliau berkata, 'Jangan cemas. Aku belum akan pergi sekarang. Aku akan baik baik saja. Masih ada Yahya di shulbi-ku. Kelahirannya dibutuhkan'. Kami mengira oleh karena sakit yang parah, beliau mengigau, sehingga kami tidak memperhatikan perkataan tersebut. Setelah beberapa waktu, beliau sembuh dan saudara kami Yahya lahir'. Sayyid Yahya RA lahir pada 550 H dan meninggal 600 H. Dia dimakamkan disamping kakaknya, Syekh Abdul Wahhab RA di Musafir Khana (Wisma Tamu) Syekh Abdul Qadir al Jilani RA.

B-30 ISTRI ISTRI DAN ANAK ANAK BELIAU

PERNIKAHAN DAN ISTRI ISTRI BELIAU
Seseorang pernah bertanya kepada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengapa beliau menikah, padahal dirinya telah mencapai taraf spiritual yang sangat tinggi dan istimewa. Sang Ghauts RA menjawab, 'Aku sebenarnya pernah berniat untuk tidak menikah, namun kakek tercintaku, Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan aku untuk menikah. Itulah alasanku menikah. Sesungguhnya aku takut untuk menikah, oleh karena bias jadi waktuku akan tersita oleh hal hal selain yang dicintai Penciptaku. Namun, ketika tiba saatnya, Sang Pencipta menganugerahiku 4 isteri, dan setiap dari mereka sangat mencintaiku'. Oleh karena niat beliau yang ikhlas dalam menikah, tidak sedikitpun waktu beliau untuk beribadah yang tersita setelah pernikahan, semua isterinya dianugerahi kesalehan dan ilmu yang tinggi. Syekh Sayyid Abdul Jabbar RA, salah seorang putra beliau menyatakan, 'Jika ibuku memasuki sebuah ruangan gelap, maka mendadak ruangan itu akan terang benderang. Suatu ketika ayahku, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memasuki sebuah ruangan tempat ibuku sedang berada, dan kedatangan beliau menyebabkan cahaya yang ditimbulkan ibuku padam. Saat melihat hal ini, ayahku berkata, 'Cahaya ini tidak cukup terang, dia tenggelam dalam cahayaku. Marilah kubuat cahayamu bertambah terang'. Sejak saat itu, jika ibuku memasuki sebuah tempat yang gelap, maka cahaya beliau seterang bulan purnama'.

PUTRA PUTRI : Syekh Sayyid Abdur Razzaq RA, seorang putra beliau menyatakan, 'Ayahku memiliki 49 anak, 27 putra dan 22 putri'.

B-29 KARAMAH BELIAU

SYARIAH DAN THARIQAH
Suatu kali Syekh Bata'ihi RA hadir di majelis Syekh Ahmad Kabir RA. Dia menceritakan bahwa Syekh Ahmad Kabir RA berkata, 'Tahukah kamu akan al Ghauts al A'zham RA'. Syekh Ahmad RA berkata, 'Mendengar hal ini aku mulai memuji muji Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan mengatakan apa yang aku ketahui tentang beliau. Kuceritakan semua yang kutahu dan kemudian terdiam'. Syekh Ahmad Kabir RA berkata, 'Di sisi kanannya adalah Samudera Syariah dan di sisi kirinya adalah Samudera Thariqah. Dari kedua samudera ini, dia memberikan hikmah kepada siapapun yang dia kehendaki. Di zaman ini, tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya'.

100 AHLI FIQH TAKLUK
Sudah diketahui bahwa pengajian al Ghauts al A'zham RA menarik perhatian banyak ulama untuk datang ke Baghdad. Suatu kali, 100 ahli fikih sepakat bergabung dan setiap seorang dari mereka berusaha menyusun sebuah pertanyaan yang sulit. Mereka semua berniat mendatangi Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan setiap orang dari mereka akan mengajukan pertanyaan selama pengajian, dengan tujuan untuk membuat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menjadi bingung. 100 ahli fiqh itu memilih pertanyaan yang menurut pikiran mereka paling sulit dan berangkat menuju Baghdad. Mereka duduk di tengah tengah jamaah pengajian Syekh Abdul Qadir al Jilani RA, menanti saat yang tepat untuk mengajukan pertanyaan pertanyaan mereka. Mendadak sebuah cahaya terang benderang keluar dari dada al Ghauts al A'zham RA dan memasuki hati setiap orang dari 100 ahli fiqh itu. Cahaya itu hanya bisa dilihat oleh mereka dan orang orang lain yang Allah kehendaki. Begitu cahaya itu memasuki hati mereka, setiap orang dari mereka mengalami ekstase spiritual. Mereka semua kemudian menjatuhkan diri di depan kaki al Ghauts al A'zham RA dan memohon maaf atas niat buruk mereka. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dengan penuh kasih sayang, memeluk mereka semua, memenuhi hati mereka dengan Nur, dan pada saat yang sama menjawab semua pertanyaan mereka, meskipun mereka belum mengatakannya

B-28 BELIAU MEMEGANG TONGKAT SULTHAN

KAKIKU DI ATAS TENGKUK SEMUA WALI
Suatu ketika, saat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memasuki keadaan ruhani, beliau berkata, 'Kakiku ada diatas tengkuk semua awliya Allah'. Saat beliau mengucapkan ini, ada banyak awliya Allah yang hadir di tempat itu. Mereka semua serentak membungkukkan badan.
Syekh Ali bin Haiti RA yang juga hadir di pengajian itu, langsung mendatangi Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan secara lahiriah meletakkan kaki al Ghauts al A'zham RA diatas tengkuknya. Syekh Sayyid Majid RA mengisahkan, 'Ketika beliau mengucapkan kata kata ini, serentak seluruh wali di bumi membungkukkan badan'. Dia juga mengabarkan, 'Ada 300 awliya Allah dan 700 Rijalul Ghaib yang hadir di pengajian itu, dan semuanya menundukkan kepala mematuhi Syekh Abdul Qadir al Jilani RA'.
Syekh Makarim RA menyatakan, 'Pada hari al Ghauts al A'zham RA membuat pernyataan ini, seluruh wali tahu bahwa mulai saat itu panji kesulatanan (wali) telah ditancapkan disisi Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Pada hari itu, semua wali dari timur hingga barat, serentak membungkukkan badan mematuhi pernyataan beliau ini'. Sayyid Syekh Khalifatul Akbar RA berkisah, 'Aku melihat Rasul SAW tercinta dalam mimpiku dan aku bertanya pada beliau tentang pernyataan al Ghauts al A'zham RA, 'Kakiku ada di tengkuk semua awliya Allalh'. Nabi SAW menjawab, 'Abdul Qadir telah mengatakan hal sebenarnya dan mengapa dia tidak boleh mengatakan hal itu, sedangkan dia adalah sang Quthb, dan aku adalah pelindungnya'.

SULTHANUL HINDI KHWAJA MU'INUDDIN CHISTIY
Ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Kakiku ada di atas tengkuk semua awliya Allah'. Syekh Khwaja Mu'inuddin Chysti al Hasani as Sanjari al Ajmeri RA masih dalam usia mudanya. Dia sedang tengelam dalam zikir kepada Allah di sebuah gunung di Khurasan. Ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengucapkan kata kata ini, Khwaja Mu'inuddin Chystie RA dapat mendengarnya dan membungkukan badan sambil berkata, '(Bukan hanya itu), bahkan kaki anda ada di atas mata kepalaku'. Berkat sikap merendahkan diri ini, Khwaja Mu'inuddin Chystie RA kemudian menjadi Sultan para Wali di India dan dikenal sebagai Sulthanul Hind.

MUFTI AL A'ZHAM HINDI RA
Mufti al A'zham Hindi, Mawlanan Mushtafa Raza al Qadiri RA, putra Imam Ahmad Raza al Qadiri RA berkata di salah satu Manqabat beliau yang ditulis dalam maksud memuji al Ghauts al A'zham RA sebagai berikut :
Ye Dil Ye Jigar He Ye Ankhe Ye Sar He
Jantung, hati, mata dan kepalaku, semua ada di sini
Jaha Chaho Rakhlo Qodam Ghauts al A'zham
Wahai Ghauts !, kau boleh letakkan kaki penuh berkahmu dimanapun kau suka
Dua baris sajak Mufti al A'zham RA ini menunjukkan, bahkan meskipun dia belum lahir pada saat al Ghauts al A'zham RA membuat pernyataan ini, namun setelah dilahirkan di dunia fisik ini, dia menyatakan ketundukannya pada al Ghauts al A'zham RA dengan mematuhi dan mengakui kebenaran pernyataan al Ghauts al A'zham RA. Hal ini, serta kecintaannya yang luar bisaa kepada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA membuat dia memperoleh status Ghauts al Waqt yang artinya adalah Sang Ghauts Zaman.

IMAM AHMAD BIN HAMBAL RA
Syekh Sayyid Baqa RA, menceritakan kisah ketika dia menemani Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berziarah ke makam Imam Ahmad bin Hambal RA. Dia berkata, 'Aku melihat makam Syekh Imam Ahmad bin Hambal RA terkuak dan kusaksikan beliau keluar dari makamnya. Beliau memeluk Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan berkata, 'Bahkan akupun mengikutimu dalam thariqah'.

B-27 KARAMAH BELIAU

MENGHILANG KE BALIK MATAHARI
Pengasuh al Ghauts al A'zham RA menceritakan bahwa sewaktu beliau masih kecil, seringkali ketika dia menggendong Syekh Abdul Qadir al Jilani RA, mendadak beliau sudah tidak ada lagi di tangannya. Dia mengatakan bahwa kemudian dia melihat beliau terbang ke langit dan bersembunyi di balik cahaya matahari. Kemudian, ketika beliau sudah dewasa, sang pengasuhnya mengunjunginya dan bertanya apakah ia masing sering melakukan apa yang dilakukannya sewaktu kecil, atau dengan kata lain, bersembunyi di balik matahari. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menjawab, 'Itu dulu ketika aku masih kecil, dan waktu itu aku masih lemah, aku bisaa bersembunyi di balik cahaya matahari. Kini daya dan kekuatanku sudah sedemikian besar, sehingga bila 1000 matahari datang, mereka semua akan tersembunyikan di balik diriku, bukan aku yang mereka sembunyikan'.

PERLINDUNGAN DARI PENYAKIT
Syekh Ali bin Idris Ya'qubi RA menyatakan bahwa suatu ketika pembimbing spiritualnya, Syekh Ali bin Haiti RA membawa dia menghadap al Ghauts al A'zham RA. Syekh Ali bin Idris RA mengisahkan, 'Pada saat itu beliau mengenakan selembar selendang. Beliau melepaskan selendang itu dan mengenakannya padaku dan berkata, 'Sejak saat ini, kamu akan terlindung dari segala penyakit'. Sejak hari itu hingga saat ini aku berusia 65 tahun, aku sama sekali tidak pernah sakit'.

SEEKOR SINGA TAKLUK
Syekh Abu Mas'ud bin Abu Bakar al Harimi RA mengabarkan bahwa pada masa itu ada seorang wali besar bernama Syekh Ahmad Jami RA. Dia bisaa menunggang singa ke manapun pergi. Pada setiap kota yang disinggahinya, dia bisaa meminta penduduk menyediakan seekor sapi untuk makanan singanya. Suatu kali, dia tiba di sebuah kota dan meminta para wali yang tinggal di kota itu untuk menyediakan seekor sapi. Wali itu memberikan seekor sapid an berkata, 'Jika anda singgah di kota Baghdad, singa anda akan disambut baik'.
Syekh Ahmad Jami RA kemudian pergi menuju Baghdad. Setiba di Baghdad, dia mengirim salah satu muridnya kepada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan meminta agar dikirimi seekor sapi untuk makanan singanya. Al Ghauts RA telah mengetahui sebelumnya bahwa Syekh Ahmad Jami RA akan datang, beliau sudah mempersiapkan seekor sapi untuk singa itu. Atas permintaan Syekh Ahmad Jami RA itu, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menutus seorang muridnya membawa seekor sapi. Ketika murid ini membawa sapi itu, seekor anjing liar tua yang lemah, yang bisaa duduk di luar rumah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berjalan membuntuti si murid. Si murid menyerahkan sapi itu kepada Syekh Ahmad Jami RA yang kemudian membuat isyarat kepada singa untuk makan. Ketika sang singa berlari menghampiri sapi, anjing itu menyerang singa. Dia menerkam leher singa dan membunuhnya dengan membedah perutnya. Anjing itu kemudian menyeret bangkai singa itu dan meletakkannya di hadapan Syekh Abdul Qadir al Jilani RA.
Melihat hal ini, Syekh Ahmad Jami RA menjadi sangat malu. Beliau kemudian menemui al Ghauts al A'zham RA dan meminta maaf akan sikap takaburnya itu. Peristiwa itu menunjukkan, bahkan seekor anjing yang bisaa duduk di depan rumah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA pun memiliki kekuatan yang luar bisaa. Hal ini disebabkan oleh berkah yang terdapat pada serambi rumah beliau. Peristiwa itu juga menunjukkan bahwa binatang pun menghormati dan tunduk pada awliya Allah. Ala hadhrat, Syekh Imam Raza al Qadiri RA mengabadikan kejadian itu dalam bentuk puisi. Dia berkata ;
Kya Dab'be Jis Pe Himayat Ka Ho Panja Tera
Sher Ko Khatre me Lata, Nahi Kut'ta Tera

MIMPI SYEKH ALI BIN HAITI
Suatu kali, ketika al Ghauts al A'zham RA sedang menyampaikan ceramah, Syekh Ali bin Haiti RA duduk di depan beliau. Di tengah pengajian, Syekh Ali bin Haiti RA jatuh tertidur. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA yang melihat hal itu, turun dari mimbar dan berdiri di hadapan Syekh Ali bin Haiti RA dengan kedua tangan bersedekap penuh takzim. Selang beberapa saat, Syekh Ali bin Haiti RA terbangun dan melihat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berdiri di hadapannya. Dia segera bangkit berdiri, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA tersenyum dan berkata, 'Alasan mengapa aku berdiri dihadapannya adalah karena dia melihat dengan mata batinnya Nabi Muhammad SAW di dalam mimpinya dan aku melihat Nabi SAW dengan mata lahirku'.

B-26 KARAMAH BELIAU

SEORANG PENCURI MENJADI ABDAL
Suatu ketika seorang pencuri memasuki rumah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Begitu memasuki rumah, dia menjadi buta dan sama sekali tidak bisa melihat. Dia tidak bisa keluar dan hanya duduk di sudut rumah. Pada keesokan harinya, dia ditangkap dan dibawa menghadap Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Ketika al Ghauts al A'zham RA melihat dia, diusapnya mata si pencuri. Seketika itu juga penglihatan pencuri pulih. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA kemudian berkata, 'Dia datang untuk mencuri harta dunia, akan kuberi dia berkah berupa kekayaan yang akan selalu bersamanya'. Sambil berkata demikian, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menghunjamkan pandangannya kepada si pencuri dan menaikkan statusnya menuju walayah. Pada saat itu, salah seorang abdal meninggal dunia, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengirim si pencuri yang sudah menjadi wali untuk menggantikan abdal yang meninggal dunia itu. Subhana Allah.

MEMINDAHKAN ORANG KE TEMPAT YANG JAUH
Suatu kali, saat Syekh Abdul Qadir al Jailani RA sedang memberi ceramah, seseorang bernama Abul Mu'ali menghadiri pengajian beliau. Dia duduk tepat di depan Sang Wali Agung. Ditengah pengajian, Abul Mu''ali merasa ingin buang air. Dia coba sekuat mungkin menahannya, karena merupakan tindakan yang tidak menghormati al Ghauts al A'zham RA bila pergi di tengah pengajian beliau. Dia berusaha sekuat mungkin, namun ketika dia tidak sanggup lagi menahannya, dia akhirnya memutuskan untuk pergi. Saat dia hendak berdiri, dilihatnya Sang Ghauts A'zham RA melangkah turun dari anak tangga pertama mimbar ke anak tangga kedua. Meskipun demikian, Abul Mu'ali juga melihat sosok Sang Wali Agung masih ada di atas mimbar. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mendatanginya dan melemparkan selendang beliau kepadanya.
Seketika itu, Abul Mu'ali melihat dirinya sudah tidak ada di majelis, namun di sebuah lembah dengan tanam tanaman yang indah. Ditambah lagi terdapat air terjun yang mengalir disana. Dia segera melakukan hajatnya, berwudhu dan kemudian salat 2 rakaat. Setelah dia selesai salat, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menarik kembali selendang beliau. Dengan penuh ketakjuban, Abul Mu'ali melihat dirinya masih berada di majelis Sang Wali Agung dan bahkan tidak ketinggalan satu patah katapun ceramah beliau. Belakangan, Abul Mu'ali menyadari bahwa dia kehilangan seperangkat kunci, kemudian dia teringat bahwa ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memindahkannya ke lembah itu, dia menggantungkan kuncinya di sebuah cabang pohon di dekat dirinya. Abul Mu'ali menyatakan bahwa beberapa waktu setelah kejadian tersebut, dia berkesempatan ikut dalam sebuah rombongan dagang. Pada perjalanan itu, Abul Mu'ali tiba di sebuah lembah dan beristirahat. Dia kemudian menyadari bahwa lembah tersebut adalah tempat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memindahkan dirinya ketika pengajian. Ketika dia menghampiri pohon yang sama, dia menemukan kuncinya masih tergantung di dahan yang sama. Perjalanan kafilah itu harus menempuh waktu 14 hari untuk mencapai lembah, ini menunjukkan bahwa beliau tidak hanya memindahkan Abul Mu'ali secara ruhani, namun juga secara jasmani.

KAPAL TERLINDUNG DARI BADAI
Para murid al Ghauts RA meriwayatkan, suatu ketika, saat memberikan pelajaran kepada mereka, mendadak wajah beliau berubah merah padam dan butiran peluh memenuhi dahi beliau. Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam jubahnya dan diam membisu selama beberapa saat. Para murid menceritakan, setelah menarik kembali tangan beliau dari balik jubah, air bertetesan dari lengan baju beliau. Oleh karena keadaan ruhani beliau pada saat itu, para murid tidak berani mengajukan pertanyaan pada beliau, namun mereka mencatat tanggal, hari dan waktu kejadian mengherankan ini.
Dua bulan kemudian, sebuah rombongan pedagang yang datang ke Baghdad melalui laut, datang dan memberikan beraneka ragam hadiah kepada al Ghauts al A'zham RA. Para murid sangat heran, oleh karena mereka belum pernah sebelumnya melihat para pedagang ini di Baghdad. Mereka kemudian bertanya alasan para pedagang itu memberikan banyak hadiah kepada beliau. Para pedagang itu bercerita bahwa dua bulan yang lalu, saat mereka dalam pelayaran menuju Baghdad, kapal mereka dihadang badai yang sangat ganas.
Ketika sadar bahwa mereka terancam akan tenggelam, mereka menyerukan nama Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Mendadak, sebuah tangan raksasa muncul entah dari mana, mengangkat kapal mereka dan menaruhnya di tempat yang aman. Ketika para murid menghubungkan cerita ini dengan kejadian di madrasah, terbukti bahwa peristiwa ini berlangsung pada tanggal, hari dan waktu yang sama ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memasukkan tangan beliau ke dalam jubah. Subhana Allah !. Kejadian ini memperlihatkan, bahwa meskipun tampaknya beliau memasukkan tanggan ke dalam jubah, namun sesungguhnya beliau mengulurkan tangan ke samudera untuk membantu mereka yang telah memanggil namanya.

B-25 KARAMAH BELIAU

BULAN BULAN DALAM SATU TAHUN MENAMPAKKAN DIRI KEPADA AL GHAUTS AL A'ZHAM
Hadhrat Syekh Abul Qasim RA mengisahkan bahwa suatu ketika Syekh Abu Bakr, Syekh Abul Khair, Syekh Abul Khair, Syekh Ibnu Mahfuzh, Syekh Abu Hafsh Umar, Syekh Abul Ash Ahmad Imkani, Syekh Abdul Wahhab RA dan beliau seindiri sedang bersama Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Saat itu hari Jumat, 30 Jumadil al Akhir 560 H. Syekh Qasim RA mengisahkan, pada saat itu seorang pemuda tampan mendatangi majelis Sang Wali Agung. Dia duduk dengan takzim dan berkata ; 'Wahai Wali Allah, semoga keselamatan terlimpahkan atas Anda. Saya adalah bulan Rajab, dan saya datang kepada anda untuk memberi kabar gembira bahwa ini adalah bulan yang baik bagi manusia. Mereka semestinya melakukan banyak amal kebajikan pada bulan ini'. Syekh Qasim RA mengisahkan, pada suatu kesempatan lain, seorang pemuda tampan lain mendatangi Darbar al Ghauts al A'zham RA dan dengan penuh hormat berkata, 'Saya adalah bulan Sya'ban, saya tidak membawa kabar gembira, namun datang untuk memberitahu anda bahwa pada bulan ini penduduk Arab akan mengalami kesulitan. Akan terjadi perang di Khurasan dan akan timbul wabah penyakit di Irak yang akan mengakibatkan banyak orang meninggal'. Syekh Qasim menyatakan bahwa setelah lewat beberapa hari, datang kabar ke Baghdad mengenai kejadian di Arab dan Khurasan dan Syekh Qasim menyatakan pula bahwa pada masa itu berjangkit wabah di Irak yang menewaskan banyak orang.

MELIHAT AL LAUH AL MAHFUZH
Tertulis dalam sebuah riwayat bahwa Syekh Abul Hafsh RA menyatakan, 'Sayyid Syekh Abdul Qadir al Jilani RA bisaa melayang di udara dan berkata, 'Matahari tidak pernah terbit tanpa mengucap salam kepadaku. Demi Kemuliaan dan Murka Allah, aku melihat semua manusia, yang baik maupun yang jahat, mataku tertuju pada al Lauh al Mahfuzh. Berkali kali aku menyelam dalam samudera ilmu dan kebijaksanaan yang dianugerahkan oleh Allah dan akulah Nishan Allah kepada manusia, dan utusan khusus kakekku, Nabi Muhammad SAAW dan akulah khalifah beliau di bumi'.

KUASA ATAS JIN
Syekh Abu Futub Muhammad bin Abul Ash Yusuf bin Ismail bin Ahmad Ali Qarsyi at Tamimi al Bakari al Baghdadi RA meriwayatkan bahwa suatu ketika Syekh Abu Said Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad al Baghdadi al Azja'I RA datang kepada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan mengatakan bahwa putrinya yang berusia 16 tahun, Fathimah, yang sangat cantik, kemarin naik ke tingkap rumah dan tiba tiba dia lenyap disana. Ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mendengar hal ini, beliau menghiburnya dan mengatakan kepadanya agar tidak perlu khawatir.
Sang Wali Agung kemudian memerintahkan dia untuk pergi ke sebuah hutan pada malam hari. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan bahwa di dalam hutan dia akan melihat banyak gundukan pasir. Dia harus duduk di gundukan keenam yang dilewatinya. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA kemudian mengatakan kepadanya bahwa dia harus menggambar lingkaran di sekeliling dirinya sambil berkata Bismillah dan kemudian berkata 'Abdul Qadir'.
Sang Wali Agung kemudian berkata, 'Menjelang sepertiga malam terakhir, kau akan melihat sepasukan jin berlalu. Mereka tampak sangat mengerikan dan ganas, tetapi engkau tidak perlu takut, engkau harus tetap duduk dan menunggu. Tepat pada saat cahaya matahari pertama tampak, Raja Jin yang paling berkuasa akan lewat. Dia akan menghampirimu dan menanyakan permasalahanmu. Jelaskan padanya masalahmu dan katakan bahwa Syekh Abdul Qadir al Jilani RA yang mengutusmu. Beritahukan dia mengenai putrimu yang hilang itu'.
Syekh Muhammad al Baghdadi RA berkata, 'Aku mengerjakan apa yang Syekh Abdul Qadir al Jilani RA perintahkan. Aku duduk diatas gundukan pasir, menggambar lingkaran di sekeliling diriku dan menunggu. Setelah beberapa waktu, aku melihat sepasukan jin dalam rupa mengerikan melintas. Mereka sangat marah melihat aku duduk di jalan mereka, namun mereka berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, karena mereka tidak berani memasuki lingkaran itu. Pada waktu fajar, Sang Raja Jin melintas dan menanyakan permasalahanku. Ketika aku mengatakan bahwa yang mengutusku adalah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA, dia turun dari kudanya dan berdiri dengan penuh hormat, mendengar perkataanku. Dia kemudian mengutus para jin untuk mencari jin yang telah menculik putriku. Akhirnya, putriku kembali dan si jin jahat itu dihukum'.

B-24 PENGARUH CERAMAH BELIAU

Ceramah beliau penuh dengan ilmu dan kebijaksanaan. Pembicaraan beliau sangat berpengaruh, sehingga para pendengarnya mencapai ekstase spiritual. Sebagian dari mereka mengoyak ngoyak pakaian mereka. Sebagian lagi jatuh tak sadarkan diri. Pada beberapa kesempatan, sebagian pendengar sedemikian tenggelam dalam samudera mutu manikam cinta Ilahi dan Rasul – Nya SAW yang dicurahkan Sang Wali Agung dalam ceramah beliau, sehingga mereka akhirnya meninggal dalam kondisi demikian ini. Dalam beberapa kesempatan, bahkan orang non muslim pun menghadiri pengajiannya. Setelah mendengar ceramah beliau, mereka akan sadar bahwa mereka tidak kuasa menolak apapun yang disampaikan beliau dan mereka dengan sukarela masuk Islam. Selain manusia bisaa, Rijal al Ghaib (pemuka alam ghaib) dan jin juga hadir di tengah para jamaah. Akabirin (para pemimpin sufi) dan masyayikh (ulama besar) juga hadir di sana. Pengajian beliau merupakan madrasah pembinaan bagi orang muda, tempat pertobatan bagi para pendosa, pemberi petunjuk bagi orang orang sesat, dan kekayaan spiritual bagi orang yang berbatin miskin.
Suara beliau sangat lantang dan jelas. Salah satu karamah dalam majelis beliau adalah bahwa setiap orang yang hadir dapat dengan jelas mendengar beliau, meskipun tentu saja pada masa itu belum ada alat pengeras suara seperti mikrofon dan sejenisnya. Seorang murid kinasih al Ghauts al A'zham menyatakan bahwa pada kurun waktu diadakannya ceramah beliau, lebih dari 100.000 pendosa besar tobat lewat tangan penuh berkah beliau dan ribuan orang Yahudi dan Nasrani menerima Islam.
Semua ulama besar sepakat bahwa selama kurun waktu tersebut, mayoritas penduduk Baghdad bertobat berkat jasa Sang Wali Agung dan sekaligus menjadi pengikut beliau. Suatu kali, 13 nashara masuk Islam dalam majelis Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Ketika mereka ditanya alasan mereka masuk Islam, mereka berkata bahwa sebelumnya mereka telah mendengar ajaran Islam dan hati mereka terpesona oleh din Allah ini, namun mereka masih mencari hamba Allah yang hanya dengan melihat dirinya, akan mampu mengusir kegelapan di hati mereka. Saat dalam pencarian akan hamba Allah yang sejati, mereka mendengar sebuah suara gaib, 'Pergilah pada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA di Baghdad dan serahkan hatimu ke tangannya, karena dialah yang akan membersihkan hatimu dan memenuhinya dengan cahaya iman'. Setelah menerima pesan gaib tersebut, mereka menuju Baghdad dan menerima ajaran Islam melalui tangan Syekh Abdul Qadir al Jilani RA.
Suatu kali, seorang rahib bernama Sana'an hadir di majelis pengajian Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan masuk Islam melalui tangan Sang Wali Agung. Setelah masuk Islam, dia berdiri di hadapan jamaah dan berkata, 'Wahai orang orang, aku adalah penduduk Yaman dan selama bertahun tahun aku hidup dalam pengasingan sebagai rahib Nasrani. Sudah sejak lama aku menyadari kebenaran ajaran Islam, namun setelah kulihat perilaku muslim di masa ini, aku membatalkan niat masuk Islam dan bersumpah bahwa aku hanya akan masuk Islam melalui tangan orang yang paling saleh dari seluruh manusia. Setelah membuat sumpah ini, suatu malam aku bermimpi berjumpa Sayyid Isa al Masih AS yang berkata, 'Wahai Sana'an, pergilah ke Baghdad dan terimalah Islam dari tangan Abdul Qadir al Jilani RA. Di zaman ini, tidak ada manusia di bumi yang lebih saleh dan teguh dalam masalah agama selain dia, dan tidak ada manusia yang lebih mulia dibanding dia di zaman ini'. Setelah mendapat mimpi ini, hari ini aku hadir disini dan menerima Islam dan aku menjumpai dia sebagaimana yang telah kudengar'.
Ceramah al Ghauts al A'zham RA memberikan pencerahan kepada semua orang yang menghadiri majelisnya. Kata kata beliau lembut namun tegas. Beliau tidak gentar oleh kekuasaan atau status siapapun. Jika mereka berbuat salah, beliau tidak segan segan memperingatkan mereka dalam majelis beliau atau dimanapun juga. Tidak ada yang ditakutinya selain Allah dan beliau membuat orang orang yang menghadiri majelisnya menyadari hal ini. Suatu ketika, salah seorang menteri dekat Khalifah Azizuddin menghadiri majelis Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Melihat orang ini, Sang Wali Agung berkata, 'Keadaan orang orang semacam kamu adalah ibarat orang yang tersesat ke dalam penghambaan kepada orang lain. Lalu, siapakah yang merupakan hamba Allah yang sejati ?'. Beliau kemudian menyebut terang terangan nama Azizuddin dan berkata, 'Berdirilah, tetap berpegang pada tanganku sehingga kau dapat menjauhkan dirimu dari alam duniawi ini dan berlari menuju Penciptamu'.

B-23 CERAMAH PERTAMA

Setelah terjaga dari mimpi yang mencerahkan ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA melaksanakan salat Zuhur dan duduk untuk menyampaikan ceramah pertama beliau kepada masyarakat Baghdad. Orang orang segera berkumpul di sekeliling beliau. Ketika melihat hal ini, beliau terdiam. Saat itulah beliau memasuki keadaan ruhani dimana beliau melihat Sayyid Ali al Murtadha KW berdiri di hadapan beliau dan berkata, 'Mengapa engkau tidak memulai pengajianmu ?'. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Aku merasa gugup'. Sayyid Ali KW kemudian berkata, 'Buka mulutmu'. Sayyid Ali KW lalu meludah 6 kali kedalam mulut Syekh Abdul Qadir al Jilani RA yang kemudian bertanya, 'Mengapa engkau tidak meludah 7 kali ?'. Sayyid Ali KW menjawab, 'Untuk menghormati Nabi SAAW'. Setelah mengucapkan hal ini, Sayyid Ali KW menghilang. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA kemudian memulai pengajian dengan bahasa Arab yang sedemikian fasih dan bagus sehingga para ahli bahasa Arab yang menghadiri pengajiannya terkesima oleh pembicaraan beliau. Maka, mulailah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mereformasi masyarakat Baghdad.


PERKEMBANGAN REFORMASI
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA bisaa berceramah 3 kali sepekan, Rabu malam, Jumat malam dan Ahad pagi. Rutinitas yang penuh berkah ini berlangsung selama 40 tahun dari 521 hingga 561 H. Awalnya, beliau berceramah dan mengajar di madrasah milik Syekh Abu Said al Makhzumi RA. Masyarakat Baghdad dan kota kota tetangga mulai memadati pengajian Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Jumlah mereka semakin bertambah, sehingga madrasah menjadi terlalu sempit untuk menampung mereka semua. Sering kali tidak tersisa tempat duduk didalam madrasah, sehingga orang orang terpaksa duduk di jalan jalan untuk mendengarkan ajaran dan nasihat beliau. Pada 568 H, beberapa rumah di sekitar madrasah dibeli dan digabungkan untuk memperlebar madrasah. Setelah beberapa waktu, tetap saja upaya pelebaran madrasah ini tidak cukup menampung para jamaah pengajian. Akhirnya mimbar Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dikeluarkan dan diletakkan di sebuah lapangan terbuka (Eid Gah), dimana lebih dari 70.000 orang menghadiri pengajian beliau. Pada setiap majelis pengajian beliau, ada 4 orang yang bertugas mencatat ceramah beliau dan 2 orang qari, yang bertugas membaca al Quran. Dalam waktu sangat singkat, pengajian beliau menjadi sangat terkenal, sehingga menarik minat orang dari seluruh penjuru dan menyebabkan Baghdad Syarif kembali menjadi pusat pendidikan agama dan spiritual.

B-22 MEREFORMASI MUSLIM DI BAGHDAD

Sebagaimana telah disebutkan dalam buku ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA tiba di Baghdad ketika kota itu telah dipenuhi kemungkaran dan orang yang sesat. Pada masa itu muncul orang orang sesat yang mengibarkan fitnah bahwa al Quran adalah makhluk. Masa itu merupakan masa yang berat bagi muslim di seluruh penjuru dunia, karena Perang Salib telah dimulai, dimana dunia Nasrani bergabung untuk menghancurkan negeri muslim. Pada saat beliau telah menyelesaikan pendidikan agama dan menjalani 25 tahun latihan ruhani, keadaan di Baghdad sudah jauh bertambah buruk.
Kesesatan dan syirik tersebar luas. Penghormatan terhadap ilmu dan ahl al ilmu telah sirna dari hati masyarakat Baghdad. Sunnah ditinggalkan. Zaman telah membutuhkan seorang reformer (pembaharu) jalan hidup masyarakat dan seorang pembangkit keimanan yang murni. Reformer dan pembangkit ini tiada lain adalah Imam al Awliya Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Beliau memasuki arena zaman kemungkaran dan pertentangan, dan dalam waktu singkat, beliau memulihkan kota Baghdad sebagai pusat pendidikan dan spiritualitas. Peristiwa pencerahan yang mengilhami ceramah pertama Syekh Abdul Qadir al Jilani RA kepada masyarakat Baghdad adalah sebagai berikut ;

KUNJUNGAN SAYYID RASULULLAH SAAW
Pada 16 Syawal 461 H, menjelang tengah hari, Sulthanul Awliay, al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA melihat dalam mimpi beliau Sulthanul Anbiya war Rasul, Sayyid Rasulullah SAW. Nabi bersabda pada beliau, 'Wahai Abdul Qadir, mengapa engkau tidak mengajar dan memberi nasihat pada orang orang, sehingga kau dapat menyelamatkan mereka dari kesesatan ?'.
Beliau berkata, 'Ya Rasulullah SAAW, aku adalah orang non Arab. Apa yang akan kukatakan di depan orang orang yang fasih berbahasa Arab ?.' Nabi bersabda, 'Buka mulutmu'. Beliau meludah 7 kali kedalam mulut Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan kemudian bersabda, 'Ajari dan nasihati mereka dan bawa mereka menuju jalan Allah'.

B-21 PEMBIMBING RUHANI BELIAU (PIR-O-MURSYID)

BAIAT
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memperoleh latihan spiritual di Baghdad dari 2 sufi terbesar di zaman itu, Syekh Sayyid Hammad bin Muslim ad Dabbas RA dan Syekh Qadhi Abu Said al Makhzumi RA. Meskipun beliau memperoleh banyak berkah dari kedua guru ini, namun beliau belum memberi baiat.
Akhirnya, tibalah saat yang telah ditakdirkan, dan sesuai kehendak Allah, beliau menghadap Syekh Qadhi Abu Said al Makhzumi RA dan menjadi muridnya, sekaligus bergabung dalam halaqah dan tarekatnya. Syekh Abu Said al Makhzumi RA menunjukkan rasa cinta dan perhatian yang sangat besar terhadap murid istimewa ini dan memberkahinya dengan mutu manikam spiritualitas dan tasawwuf.
Satu kali, ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan murid murid lain sedang duduk bersama Syekh, dia meminta Syekh Abdul Qadir al Jilani RA untuk mengambil sesuatu. Setelah dia pergi, Syekh al Makhzumi RA menghadap kepada murid murid lain dan berkata, 'Suatu hari nanti, kaki pemuda itu akan menginjak tengkuk semua awliya Allah dan semua awliya Allah di zamannya akan tunduk di hadapannya'.

BAIAT KE DALAM TAREKAT
Setelah Sayyid Abu Said al Makhzumi RA menerima Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dalam tarekatnya, dia menyuapi Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dengan tangannya sendiri. Berkenaan dengan hal ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Setiap makanan yang disuapkan Syekh ath Thariqah kedalam mulutku menambah cahaya ma'rifah di hatiku'.
Syekh Abu Said al Makhzumi kemudian memakaikan khirqah (jubah kesufian) pada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan berkata, 'Khirqah ini diterima dari Sayyid Ali al Murtadha RA dari Muhammad SAAW. Sayyid Ali al Murtadha RA kemudian menyerahkannya pada Khwaja Hasan al Bashri RA dan dari beliau diwariskan hingga diriku'. Begitu Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengenakan jubah ini, sebuah pancaran Nur tampak turun kepada beliau. Khirqah ini telah diwariskan dari generasi ke generasi. Silsilah khirqah mubarak yang diterima Syekh Abdul Qadir al Jilani RA adalah sebagai berikut :
Sayyid Rasulullah SAAW
Asadullah Sayyid Ali al Murtadha KW
Khwaja Hasan al Bashri RA
Syekh Habib al Ajami RA
Syekh Dawud at Tha'I RA
Syekh Ma'ruf al Kurkhi RA
Syekh Sarri as Saqthi RA
Syekh Junaid al Baghdadi RA
Syekh Abu Bakr as Syibliy RA
Syekh Abdul Wahid at Tamimi RA
Syekh Abul Farah at Tartusi RA
Syekh Abul Hasan Ali bin Muhammad al Qarsyi RA
Syekh Abu Said al Mubarak al Makhzumi RA
Sayyid Syekh Abdul Qadir al Jilani RA

Dalam riwayat lain, silsilah thariqah beliau adalah sebagai berikut :
Imam al Anbiya, Sayyid wa Mawlana Muhammad bin Abdillah, Nurin min Nurillah (53 sebelum H – 11 H, 571 – 632 M)
Sayyid al Imam Ali bin Abi Thalib (23 sebelum H – 40 H, 600 – 661 M)
Sayyid as Syuhada Imam Husain bin Ali (4 – 61 H)
Sayyid Imam Zainul Abidin Ali bin Husain (38 – 94 H)
Sayyid Imam Muhammad al Baqir bin Ali (59 – 114 H)
Sayyid Imam Ja'far Shadiq (83 – 148 H)
Sayyid Imam Musa al Kadzim (w. 182 H)
Sayyid Imam Ali ar Ridha (w. 203 H)
Sayyid Syekh Ma'ruf al Kurkhi (w. 201 H/817 M)
Sayyid Syekh Sarri as Saqathi (w. 251 H/866 M)
Sayyid Syekh Abul Qasim Junaid al Baghdadi (w. 298 H/910 M)
Sayyid Syekh Abdul Wahid at Tamimi
Sayyid Syekh Abul Faraj at Turtusi
Sayyid Syekh Abul Hasan al Qurasyi al Hakkari
Sayyid Syekh Qadhi Abu Said al Mubarak al Makhzumi
Sayyid Syekh Abdul Qadir al Jilani (470 – 561 H, 1077 – 1166M)

B-20 KETEGUHAN DALAM MEMEGANG SYARIAT

Setelah memperoleh ilmu agama dan ruhani yang tinggi, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA bukan hanya menjadi orang yang sangat saleh dan berilmu, namun juga merupakan cahaya pembimbing orang orang yang tersesat dan merupakan sebuah gunung yang tak tergoyahkan dalam menentang kemungkaran. Beliau menyatakan bahwa hingga Hari Kiamat, tak seorangpun bisa mengubah syariat. Siapapun yang menentang syariat, berarti dia adalah setan. Putra beliau, Syekh Dhiya ad Din Abu Nashr Musa RA menyatakan, 'Ayahku suatu kali mengatakan kepadaku bahwa suatu hari beliau menjalani mujahadah di dalam sebuah hutan, dan kemudian beliau merasa haus. Tiba tiba, segumpal awan hitam muncul di atas beliau dan menurunkan hujan. Beliu minum dan meredakan dahaganya, karena ini adalah rahmat dari Allah. Beliau berkata bahwa setelah beberapa saat segumpal awan lain muncul, memancarkan cahaya yang sedemikian terang sehingga seluruh langit menjadi benderang. Beliau berkata bahwa kemudian dilihatnya suatu sosok di dalam awan yang berkata, 'Wahai Abdul Qadir, Akulah Penciptamu. Telah ku halalkan segala sesuatu bagi dirimu'. Mendengar hal ini, beliau membaca taawwudz dan seketika itu pula cahaya itu lenyap dan berubah menjadi kegelapan. Sebuah suara kemudian bekata, 'Wahai Abdul Qadir, Allah telah menyelamatkanmu dari dirimu berkat ilmu dan kesalehanmu. Padahal, aku telah banyak menyesatkan sufi dengan menggunakan perangkap ini'. Al Ghauts al A'zham menjawab, 'Sesungguhnya ini adalah berkah rahmat Penciptaku yang selalu menyertaiku'. Kemudian aku bertanya kepada ayahku bagaimana beliau tahu bahwa itu adalah setan, dan beliau menjawab, 'Dari perkataannya bahwa dia telah membuat yang haram menjadi halal bagiku, karena Allah tidak pernah memerintahkan kemungkaran'.

KETEGUHAN DALAM PERKATAAN
Setelah kejadian dengan setan ini, beliau melanjutkan perjuangannya di jalan Allah dengan keimanan dan kesalehan yang makin kuat. Beliau berdiam di sebuah menara tua di pinggiran Baghdad, dimana beliau melaksanakan ibadah dan tenggelam dalam zikir kepada Allah. Suatu saat, ketika duduk di tempat ini, beliau memasuki keadaan ruhani yang sangat dalam, yang menimbulkan kejadian berikut ini. Al Ghauts al A'zham RAsendiri mengisahkan kejadian tersebut. Beliau berkata, 'Saat duduk di sebuah menara di luar kota Baghdad, aku memasuki keadaan ruhani yang sangat dalam, dimana aku membuat sumpah kepada Allah bahwa aku tidak akan makan atau minum apapun kecuali ada yang meletakkan sesuap makanan atau setetes air kedalam mulutku dengan tangan mereka sendiri'. Setelah mengucapkan sumpah ini, aku melewati 40 hari tanpa makan dan mimum. Setelah lewat 40 hari, seorang tak dikenal datang dengan membawa roti dan kari. Dia meletakkannya di hadapanku dan pergi. Oleh karena rasa lapar yang hebat, nafsuku berkeinginan terhadap makanan itu, tetapi jiwaku mencegahku dan mengingatkan akan sumpahku kepada Allah. Kemudian, aku mendengar sebuah suara dari dalam diriku yang berseru, 'Aku lapar, aku lapar'. Aku tidak mengindahkannya, karena itulah nafsuku, dan aku melanjutkan berzikir kepada Allah.
Pada saat itulah Syekh Abu Said al Makhzumi RA berlalu di depan tempat itu. Berkat daya ruhaninya, beliau mendengar suara dari dalam perutku itu. Dia menghampiriku dan berkata, 'Wahai Abdul Qadir, suara apakah itu ?.' Aku berkata, 'Ini adalah ketidaksabaran nafsu, jika tidak, maka jiwa akan terdamaikan'. Beliau kemudian berkata, 'Datanglah ke rumahku', beliau kemudian pergi. Dalam benakku, terlintas pikiran bahwa aku tidak akan pergi kecuali seseorang memaksaku. Saat itulah Hadhrat Khidhr AS datang dan berkata, 'Bangkitlah dan pergilah ke rumah Abu Said al Makhzumi'.
Maka aku bangkit dan pergi ke rumah Syekh Abu Said al Makhzumi RA dan menjumpai dia sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Saat melihatku dia berkata, 'Wahai Abdul Qadir, apa kata kataku tidak cukup, sehingga Khidhr AS harus memerintahmu'. Sambil berkata demikian, dia membawaku masuk ke rumahnya dan menyuapiku dengan tangannya sendiri sampai aku cukup kenyang'.

B-19 PERTEMPURAN MELAWAN KUASA JAHAT

Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan bahwa selama hidupnya beliau telah menghadapi pelbagai serangan dari setan dan rekan rekannya. Berkat pertolongan Allah, beliau selalu berhasil mengalahkan setan. Allah selalu melindungi beliau dari serangan serangan ini, bahkan meskipun hawa nafsunya mencoba dan memaksa beliau menghampiri hasrat hasrat tertentu. Ketika setan berupaya keras menggoyahkan iman beliau, maka beliau akan mendengar sebuah suara berkata, 'Wahai Abdul Qadir, tegarlah dan hadapilah mereka. Pertolongan Kami bersamamu'.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan bahwa setiap kali beliau mendengar suara ini, maka beliau akan tegar menghadapi para setan dan kemudian berhasil menaklukkan mereka. Beliau menyatakan bahwa apabila setan menggoda dengan berwujud rupa rupa yang menyeramkan, dan mendatangi beliau, maka beliau akan berkata dalam keadaan jalal, 'La hawla wa la quwwata illa bi Allah al Aliyy al Azhim' dan dengan tegar menghantam wajah setan yang pasti akan langsung lenyap.

PERJUMPAAN PERTAMA DENGAN SETAN
Beliau berkata bahwa suatu kali Iblis mendatanginya dalam rupa yang sangat buruk dan bau memuakkan. Makhluk itu berkata, 'Aku adalah Iblis. Kau telah membuat aku dan pengikutku kepayahan dalam upaya kami menyesatkanmu. Sekarang aku ingin menjadi hambamu'. Mendengar hal ini, Ghauts yang Agung berkata, 'Wahai makhluk terlaknat, segera tinggalkan tempat ini'. Namun Iblis tetap menolak untuk pergi. Sebuah tangan muncul dari alam ghaib dan memukul kepalanya dengan sangat keras sehingga membuatnya melesak kedalam tanah.

PERJUMPAAN KEDUA DENGAN SETAN
Syekh al Ghauts al A'zham RA menyatakan, 'Suatu kali setan mendatangiku dan dia membawa bola bola api di tangannya, yang kemudian dilemparkannya kepadaku. Mendadak muncul seseorang berkerudung yang menaiki kuda putih. Dia memberiku sebilah pedang. Begitu aku menerima pedang itu, setan memutar langkah dan melarikan diri'.

PERJUMPAAN KETIGA DENGAN SETAN
Sang Wali Agung RA berkata, 'Aku kembali berjumpa dengan setan, tetapi kali ini dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Aku melihat dia duduk di tanah sambil menaburkan tanah di kepalanya. Ketika dia melihatku, dia berkata, 'Wahai Abdul Qadir, kamu telah membuatku sangat susah dan kecewa'. Aku kemudian berkata, 'Wahai makhluk terlaknat, pergi kamu, aku selalu meminta kepada Allah agar dilindungi darimu'. Mendengar hal ini, dia berkata, 'Kata kata ini semakin melukaiku'. Kemudian dia menebar jebakan tak terhingga banyaknya di sekitar diriku. Aku bertanya kepadanya apakah ini, dan dia berkata, 'Ini semua adalah jerat dan jebakan dunia yang kami gunakan untuk menjebak orang semacam dirimu'. Setelah itu, aku berjuang menghadapi jebakan jebakan dunia tersebut selama 1 tahun penuh, hingga akhirnya aku berhasil memusnahkan semua jebakan itu'.

B-18 IBADAH HAJI PERTAMA

Syaikh Abdul Qadir al Jilani RA melaksanakan pertama kali haji pada puncak masa mudanya. Hal itu tercatat dalam sebuah karya ternama Adzkarul Abrar, yang didalamnya terdapat pernyataan al Ghauts al A'zham, 'Aku melaksanakan hai pertamaku pada puncak usia mudaku. Dalam perjalananku untuk menunaikan haji, aku mengunjungi Menara Qurun, dimana aku berjumpa Syekh Adi bin Musafir RA. Pada saat itu dia juga masih sangat muda. Dia kemudian menanyakan apakah dia boleh menemaniku. Dengan senang hati aku menerima tawarannya. Maka, kami mulai berjalan bersama.'
Setelah beberapa waktu, aku melihat seorang perempuan Abysinia berkerudung berdiri dihadapanku dan menatap lekat lekat kepadaku. Dia kemudian menanyakan nama dan asalku. Aku menyebutkan namaku dan memberitahu bahwa aku berasal dari Jilan. Dia kemudian berkata, 'Wahai anak muda, kau membuatku lelah mencari carimu. Aku sedang berada di Abysinia ketika aku diberitahu secara ruhiah oleh Allah bahwa Dia telah memenuhi hatimu dengan Nur-Nya dan menganugerahimu dengan kemuliaan tiada tara yang belum pernah diterima wali Allah lainnya. Setelah aku diberitahu hal ini, aku pergi mencarimu. Kini, setelah aku berjumpa denganmu, hatiku berhasrat untuk berjalan bersamamu hari ini dan berifthar bersamamu'. Saat petang tiba, aku melihat sebuah nampan turun dari langit. Diatas nampan ini terdapat 6 roti, kuah daging dan sayuran.
Ketika wanita Abysinia itu melihatnya, dia berseru, 'Ya Allah, Engkau telah menjaga harga diriku. Bisaanya Kau mengirimi aku setiap petang 2 roti, tetapi hari ini Kau memberi makanan yang cukup bagi kami bertiga'. Setelah kami makan, nampan itu naik ke langit dan sebuah nampan lain turun membawa tiga wadah air. Air ini berasa manis dan lezat dan aku tidak pernah sebelum atau sesudahnya, mengecap air yang berasa demikian. Setelah itu, wanita itu pergi. Aku dan Syekh Musafir melanjutkan perjalanan hingga kami tiba di Makkah al Mukaramah.
Suatu ketika, saat melaksanakan tawaf di Masjid Haram, Nur Allah turuh pada Adi bin Musafir yang menyebabkan dia jatuh tak sadarkan diri. Dia tampak seolah olah sudah meninggal. Aku sedang melangkah menghampirinya, saat kulihat lagi wanita saleh dari Abysinia itu disamping Adi. Dia mengguncang tubuh Adi dan berkata, 'Allah lah yang menyebabkan kau mati, maka Allah pulalah yang akan menghidupkanmu lagi, Allah lebih dulu dari Nur-Nya, tiada satu apapun yang menyerupai-Nya. Alam semesta tidak akan ada tanpa perintah-Nya. Tidak ada suatu apapun sebelum Allah menciptakannya. Sekarang, Cahaya dan Kuasa Allah telah memenuhi hati dan benak para ahli ma'rifah dan ini membuat mata mereka terkatup'. Begitu wanita itu selesai mengucapkan kata kata ini, Syekh Adi kembali sadar dan bangkit.
Kemudian, saat melakukan tawaf, Allah mengirimkan pancaran Cahaya-Nya yang penuh berkah kepadaku dan kudengar sebuah suara gaib, 'Wahai Abdul Qadir, lupakan dunia lahiriah dan ingatlah Penciptamu. Kami akan memberimu tanda tanda berupa keajaiban keajaiban Kami. Jangan campur adukkan pikiran duniawimu dengan pikiran tentang Kami. Tetaplah bersabar. Jangan mencari kesenangan selain bersama-Ku. Bersiaplah untuk memberi manfaat pada makhluk Allah, karena ada beberapa hamba-Ku yang terpilih yang akan mencapai-Ku melalui wasilahmu'. Ketika hal ini terjadi, aku mendengar suara wanita Abysinia yang berkata, 'Wahai Abdul Qadir, engkau telah diberi anugerah besar hari ini. Aku melihat sebuah payung bercahaya diatas kepalamu dan aku melihat para malaikat mengelilingimu. Hari ini, semua awliya Allah akan memandang ke arahmu'. Setelah mengucapkan kata kata ini, dia menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.

B-17 KESUNGGUHAN DI JALAN ALLAH

Pada 496 H, al Ghauts al A'zham menyelesaikan pendidikan agama dan ruhaninya. Kemudian, beliau menjalani mujahadah dan riyadhah sejak 496 H hingga 592 H atau selama 25 tahun. Sepanjang waktu 25 tahun ini, beliau menenggelamkan diri dalam latihan latihan ruhani yang sedemikian berat sehingga hanya dengan membaca kisahnya saja kita tidak bisa berbuat lain kecuali mengagumi Wali Agung ini. Keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam mengendalikan nafsu sangat cepat mengantarkan beliau pada jenjang Fana fi Rasul dan Fana fi Allah.
Beliau sepenuhnya tenggelam dalam samudera cinta Allah dan Rasul-Nya. Beliau membentuk diri menjadi sebuah gunung kokoh kesabaran dan keteguhan yang tak tergoyahkan. Amat banyak peristiwa peristiwa menakjubkan yang terjadi selama masa hidup beliau. Jika semua disebutkan, maka kisah tersebut akan menghabiskan tempat berbuku buku banyaknya. Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai keadaan beliau selama 25 tahun ini, dibawah ini kami sebutkan beberapa peristiwa.

MEMERANGI HAWA NAFSU
Suatu ketika, saat memberikan ceramah, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Selama 25 tahun aku berkelana di hutan hutan Irak. Selama 40 tahun, aku melaksanakan salat subuh dengan wudhu salat isya dan selama 15 tahun aku melaksanakan qiyamul lail hingga fajar dan menghatamkan al Quran. Selama masa ini, kadang kadang aku melewatkan 30 atau 40 hari tanpa makan secuil apapun'.
Syekh Abul Mas'ud bin Abu Bakr al Harimi RA meriwayatkan bahwa al Ghauts al A'zham suatu kali berkata kepada beliau, 'Bertahun tahun aku berjuang memerangi hawa nafsuku dengan menjalani pelbagai ujian yang berat dan ketat. Selama 1 tahun, aku hanya makan sayuran dan sama sekali tidak minum. Tahun berikutnya aku hanya minum air dan sama sekali tidak makan dan sepanjang tahun berikutnya, aku sama sekali tidak makan dan minum. Ada masa ketika aku tidak tidur sekejap mata pun.
Pada masa ini, aku bisaa menjalani pelbagai macam latihan ruhani. Ada saat saat ketika aku sedemikian rupa tenggelam dalam upaya memerangi nafsuku, sehingga aku berguling guling di atas onak duri, sampai seluruh badanku tergores dan terkoyak koyak berat, dan aku menjadi tidak sadar diri. Orang orang mengangkatku dan membawaku kepada hakim. Dia menyatakan aku telah mati. Mereka kemudian mempersiapkan ghusl dan kafan bagiku. Ketika mereka meletakkan aku pada papan untuk melakukan ghusl atasku, aku terjaga dari keadaan ruhani ini, bangkit dan berjalan pergi.
Suatu kali al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan, 'Selama tahap tahap awal mujahadahku, dalam beberapa kesempatan aku menjadi tidak sadar akan keadaan diriku sendiri. Aku bahkan tidak sadar kapan dan bagaimana aku tiba di suatu tempat. Suatu ketika, di sebuah desa dekat Baghdad, aku mengalami keadaan ruhani yang sedemikian rupa yang membuatku sepenuhnya tidak menyadari diri jasmaniku. Dalam keadaan ini, aku mulai berlari. Saat aku kembali pada kesadaran normalku, barulah aku sadar bahwa aku telah berlari selama 12 hari tanpa henti. Aku sangat takjub akan hal yang menimpa diriku. Kemudian seorang perempuan tua berlalu di dekatku sambil berkata, 'Kamu adalah Syekh Abdul Qadir. Seharusnya kamu tidak perlu heran bila hal hal semacam itu menimpa dirimu'.

BERJUMPA HADHRAT KHIDR AS
Sayyid al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan bahwa saat beliau memulai latiha latihan ruhaninya di hutan hutan Baghdad, beliau berjumpa dengan seseorang yang berwajah sangat tampan. Orang itu bertanya apakah dia mau berjalan bersama dia. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menjawab, 'Ya'. Orang itu kemudian berkata bahwa hal itu hanya mungkin bila Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berjanji mematuhi semua perintahnya, dan tidak pernah bertanya mengenai apapun yang dikatakan dan diperbuatnya.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA segera menyanggupinya. Orang ini kemudian memerintahkan al Ghauts al A'zham untuk duduk di sebuah tempat yang ditentukannya dan berjanji tidak akan bergerak hingga dia kembali. Orang ini pergi dan kembali setelah lewat satu tahun, dan ternyata Syekh Abdul Qadir al Jilani RA masih duduk di tempat itu. Dia melewatkan beberapa saat bersama al Ghauts al A'zham dan kemudian sekali lagi memerintahkannya untuk duduk kembali dan menunggu. Yang terjadi adalah serupa dengan waktu sebelumnya. Dia kembali setahun berikutnya, pada kali itu dia membawa susu dan roti. Kemudian dia berkata, 'Aku adalah Hadhrat Khidhr dan aku telah diperintahkan untuk berbagi makanan ini denganmu'. Mereka duduk bersama dan menyantap makanan yang diberkahi ini. Hadhrat Khidhr AS kemudian bertanya, 'Wahai Abdul Qadir, apa yang kau makan selama 3 tahun di tempat ini ?'. Beliau menjawab, 'apapun yang dilemparkan orang'.

B-16 MENCAPAI ILMU RUHANIAH

Setelah menyelesaikan pendidikan ilmu agama, al Ghauts al A'zham tidak menghentikan langkahnya dalam mencari ilmu ruhaniah yang mendalam. Untuk meredakan dahaga ruhaniah ini, Allah menganugerahi beliau dengan kesempatan mendapat bimbingan Syekh Hammad bin Muslim ad Dabbas RA, yang merupakan salah satu masyaikh terpandang di Baghdad Syarif.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengisahkan bahw Baghdad pernah mengalami masa derasnya fitnah dan fasad. Oleh karena beliau tidak ingin terlibat di dalamnya, beliau berkeputusan meninggalkan Baghdad untuk mencari tempat yang lebih damai. Al Ghauts al A'zham berkata, 'Aku memutuskan untuk meninggalkan Baghdad oleh karena situasi yang tidak layak dan aku sedang dalam perjalanan meninggalkan Baghdad, ketika sebuah kekuatan ghaib yang dahsyat mendorongku dengan amat keras sehingga aku terjatuh ke tanah. Kemudian, aku mendengar sebuah suara gaib, 'Jangan pergi dari sini, makhluk Allah akan mendapat berkah dari kehadiranmu'. Mendengar hal ini, aku berkata, 'Apa yang harus kuperbuat terhadap orang orang?. Aku hanya ingin melindungi imanku.' Suara itu kemudian berkata, 'Tidak, tidak, yang terpenting bagi dirimu sekarang adalah tinggal disini. Tidak ada keburukan apapun yang menimpa imanmu'.
Segera saja aku berubah pikiran dan aku tetap tinggal di Baghdad demi keridhaan Allah. Pada keesokan harinya, saat aku berlalu di sebuah jalan, seorang pria membuka pintu rumahnya dan memanggilku. Dia berkata, 'Wahai Abdul Qadir, apakah yang kemarin kau minta dari Penciptamu ?.' Setelah mengucapkan kata kata ini dan dengan disertai jalal yang luar bisaa, dia menutup pintu rumahnya. Aku terus berjalan untuk beberapa saat, dan kemudian kusadari bahwa aku telah melakukan kesalahan besar. Orang itu pastilah wali. Jika tidak, maka dia tidak akan tahu apa yang terjadi kemarin. Kemudian aku segera mencari pintu rumah itu, namun tidak hasil. Sejak saat itu, aku mencari pria itu, kemana pun aku pergi, hingga suatu hari aku melihatnya duduk di sebuah majelis. Sejak saat itu aku selalu mendampinginya. Beliau adalah Sayyid Hammad bin Muslim ad Dabbas RA.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mendapat ilmu ruhaniah yang tinggi dari Syekh Hammad RA yang berasal dari Syria. Beliau lahir di sebuah dusun dekat Damaskus. Beliau kemudian merantau ke Baghdad dan menetap di sebuah daerah bernama Muzhaffariyah hingga wafat pada 525 H. Mazar beliau terletak di Pekuburan Syawniziah di Baghdad Syarif.
Selain dari Sayyid Hammad RA, al Ghauts al A'zham juga menerima bimbingan ruhani dari Syekh Abu Said al Makhzumi RA, hal ini akan dibahas lebih lanjut nanti.

B-15 BANTUAN DARI ALAM GAIB

Suatu hari, Sang Ghauts Agung RA sedang belajar di tengah hutan, saat beliau mendengar suara gaib yang memanggilnya, 'Wahai Abdul Qadir, engkau belum makan selama berhari hari dan kebanyakan waktumu kau habiskan untuk belajar. Pergilah kepada seseorang dan belilah sesuatu dengan hutang. Itu adalah sunnah para Nabi'.
Setelah mendengar suara itu, al Ghauts al A'zham menjawab bahwa dirinya tidak bisa membeli sesuatu dengan berhutang, karena beliau tidak memiliki suatu apa pun untuk melunasinya. Suara itu kemudian menjawab, 'Jangan khawatirkan hal itu. Membayar hutangmu adalah tanggung jawab kami'.
Setelah menerima pesan ini, beliau pergi ke sebuah toko dan berkata kepada pemilik toko bahwa beliau ingin membeli makanan dengan berhutang, beliau berkata, 'Saya mohon anda memberi saya 1 1/2 potong roti setiap hari, dengan hutang, yang akan saya bayar bila saya mendapat rezeki dan seandainya saya meninggal sebelum melunasi hutang saya, mohon anda halalkan hutang saya itu.'
Sang pemilik toko, seorang hamba Allah yang saleh, menangis mendengar kata kata al Ghauts al A'zham RA. Dia menjawab, 'Ambillah apapun yang anda inginkan di toko saya ini dan kapanpun anda kehendaki'.
Sejak hari itu, setiap hari beliau mengambil 1 1/2 potong roti dari toko itu. Hari hari berlalu dengan sangat cepat dan al Ghauts al A'zham RA mulai mencemaskan hutangnya. Suatu hari, beliau tenggelam dalam pikiran ini, ketika suara ghaib yang sama memanggilnya dan berkata, 'Wahai Abdul Qadir, pergilah ke tempat anu dan apapun yang kau temukan disana, berikanlah kepada sang pemilik toko'. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA pergi ke tempat yang diberitahukan itu. Disana, beliau menemukan sekeping emas. Beliau pungut sekeping emas itu dan diserahkannya kepada pemilik toko untuk melunasi hutangnya.

B-14 PERJUMPAAN DENGAN SEORANG HAMBA ALLAH YANG SALEH

Sudah menjadi kebisaaan, selama masa panen di Baghdad Syarif, para penuntut ilmu untuk bersama sama pergi ke desa di dekat kota itu, yang bernama Baquba dan meminta dari para petani sebagian biji bijian hasil panen tahunan mereka. Pada masa itu, masyarakat sangat menghargai para penuntut ilmu dan dengan senang hati memberikan bebijian mereka. Pada suatu kesempatan, para murid sekelas Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mendesaknya untuk bergabung bersama mereka pergi ke desa Baquba. Oleh karena beliau tidak ingin mengecewakan mereka, beliau pergi bersama mereka ke desa tersebut. Ketika mereka tiba di sana, al Ghauts al A'zham mendengar bahwa seorang hamba Allah yang saleh bernama Syarif Baqubi, tinggal di desa ini. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memutuskan mengunjungi orang saleh ini untuk meminta berkahnya. Saat Syarif Baqubi melihat al Ghauts al A'zham, dia segera mengetahui bahwa pemuda itu adalah Quthb az Zaman. Dia memberitahu beliau, 'Oh anakku, mereka yang melangkah di jalan Allah tidak pernah menadahkan tangan kecuali kepada Allah. Tampaknya engkau termasuk hamba pilihan Allah. Bagimu, meminta bebijian (dari penduduk Baquba) adalah perbuatan yang bertentangan dengan derajatmu'.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menyatakan, 'Sejak hari itu, aku tidak pernah ikut perjalanan semacam itu dan aku tidak pernah meminta apa pun dari siapapun lagi'.

B-13 SEEKOR SINGA ALLAH

Syekh Abdullah Salmi RA menyatakan bahwa dirinya mendengar peristiwa menakjubkan ini dari al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Sang Ghauts agung berkata, 'Suatu ketika pada masa aku menuntut ilmu di Baghdad, aku tidak mendapat suatu apapun untuk dimakan selama berhari hari. Suatu hari, dalam keadaan yang demikian, aku sedang dalam perjalanan menuju sebuah jalan kecil bernama Qath'iyyah Syarfiyyah. Disini, terdapat sebuah masjid, yang bisaanya kosong. Aku bisaa duduk menyendiri dan mengulang pelajaranku sebagai persiapan untuk pelajaran hari berikutnya. Dalam perjalananku menuju Mushalla Qath'iyyah, aku berjumpa seorang tak dikenal yang memberiku selembar kertas dan memintaku untuk membawanya ke sebuah took. Meskipun sangat heran, aku tetap melakukan apa yang dimintanya. Ketika tiba di toko itu, kuberikan secarik kertas itu kepada sang pemilik toko yang kemudian menyimpan kertas itu dan memberiku roti dan halwa (manisan). Aku membawa roti dan halwa tersebut dan kembali ke masjid tempat aku bisaa belajar. Aku duduk sejenak dan kemudian memutuskan untuk makan sebagian roti dan halwa itu, ketika aku melihat secarik kertas tergantung di dinding.
Kuambil kertas itu dan kubaca kata kata yang tertera di atasnya, yang berbunyi sebagai berikut, 'Allah SWT telah menyatakan di dalam salah satu Kitab-Nya yang terdahulu, bahwa para singa Allah tidak memiliki hasrat terhadap kesenangan dunia ini. Hasrat dan kenikmatan berupa makanan adalah bagi orang lanjut usia dan lemah jasmani, yang tergantung kepadanya untuk memperoleh kekuatan demi melakukan ibadah'. Ketika aku membaca kalimat ini, seluruh badanku mulai gemetar oleh karena takut kepada Allah, yang menyebabkan seluruh rambut di tubuhku berdiri. Aku segera menyingkirkan keinginan untuk makan dari benakku, kemudian melaksanakan 2 rakaat salat dan meninggalkan masjid tanpa makan'.

B-12 KETABAHAN SELAMA KEKERINGAN YANG HEBAT

Suatu ketika, saat beliau masih menuntut ilmu, kota Baghdad mengalami kekeringan yang berat. Kondisi Baghdad sedemikian mengenaskan sehingga penduduk hanya bertahan hidup dari butiran butiran biji yang dapat mereka peroleh. Ketika sudah tidak ada bebijian, penduduk mulai memakan tanaman dan dedaunan pohon. Selama waktu ini, al Ghauts al A'zham RA bisaa pergi keluar dari kota untuk mencari makanan. Namun, ketika dilihatnya banyak orang lain yang juga mencari makanan di tempat itu, beliau akan kembali ke kota dengan tangan kosong, karena beliau berpikir bahwa tidak selayaknya beliau mengganggu orang lain yang dirasakannya lebih membutuhkan makanan dibandingkan dirinya. Seringkali beliau berhari hari tidak makan apapun.
Oleh karena rasa lapar yang sangat, beliau terpaksa mencari makanan di pasar Baghdad yang dikenal dengan sebutan Suq ar Raihanain. Ketika beliau memasuki pasar, rasa laparnya membuat beliau sedemikian lemah dan letih, sehingga beliau tidak bisa berdiri lagi. Beliau melihat sebuah masjid di dekat situ dan perlahan menyeret langkahnya menuju bangunan itu. Beliau memasuki masjid dan duduk bersandar pada dinding masjid untuk menahan tubuhnya yang lunglai agar tidak terkulai. Beliau duduk disana untuk beberapa lama. Kemudian beliau melihat seseorang memasuki masjid. Orang itu duduk di sebuah sudut dan membuka sebuah bungkusan yang berisi daging panggang dan roti. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengisahkan bahwa orang itu kemudian mulai makan. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berkata, 'Rasa lapar itu sedemikian menyiksa sehingga setiap kali orang itu memasukkan sejumput makanan kedalam mulutnya, maka mulutkupun akan terbuka dengan sendirinya dan aku berharap seandainya aku juga mendapat sesuatu untuk dimakan'.
Ketika hal ini terus terjadi, al Ghauts al A'zham RA berkata kepada dirinya sendiri, 'Jangan hilang kesabaran. Percaya dan yakinlah kepada Allah'. Setelah mengucapkan kata kata ini, maka perasaan itu pun hilang. Selang sejenak, orang itu menghampiri Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan menawarkan beliau untuk ikut makan. Dengan sopan Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menolak tawaran itu, namun orang it uterus mendesaknya. Karena terus menerus didesak, akhirnya Syekh Abdul Qadir al Jilani RA ikut makan bersamanya.
Sambil makan, orang tersebut bertanya kepada al Ghauts al A'zham RA mengenai dirinya. Beliau menjawab bahwa beliau berasal dari Jilan dan bahwa beliau tinggal di Baghdad untuk menuntut ilmu. Orang itu berkata bahwa ia juga berasal dari Jilan dan bertanya apakah dia mengenal orang bernama Abdul Qadir al Jilani. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menjawab, 'Nama saya Abdul Qadir al Jilani'.
Ketika lelaki itu mendengar perkataannya, mendadak dia bangkit berdiri dihadapan Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dengan berurai air mata dan berkata, 'Maafkan saya, karena saya telah menyalahgunakan apa yang diamanahkan kepada saya'. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA meminta orang asing itu untuk menjelaskan maksudnya. Orang asing itu kemudian berkata, 'Ketika saya berangkat dari Jilan, saya berjumpa dengan seorang wanita lanjut usia yang menitipkan 8 dirham pada saya untuk diserahkan kepada putranya, Abdul Qadir, yang sedang belajar di Baghdad. Oh Abdul Qadir, makanan yang saya makan itu berasal dari 8 dirham yang dititipkan ibu anda. Saya telah berusaha mencari anda, namun tidak berhasil dan oleh karenanya, saya harus tinggal lebih lama di Baghdad dari yang semula direncanakan. Akibatnya, uang saya habis dan oleh karena rasa lapar yang tak tertahankan, saya mempergunakan sebagian uang anda untuk membeli makanan yang kita makan bersama ini. Oh, Abdul Qadir, bukan saya yang memberi anda makan, tetapi andalah yang memberi saya makan. Maafkanlah saya karena telah mengkhianati amanah yang saya terima'.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dengan sangat lembut dan penuh kasih, memeluk orang asing itu dan memuji kejujuran dan ketulusannya. Kemudian beliau memberikan semua makanan yang masih tersisa dan sebagian dari 8 dirham itu kepada si orang asing, kemudian mengucapkan kata perpisahan.
Peristiwa ini menunjukkan dengan jelas bahwa Syekh Abdul Qadir al Jilani RA lebih mementingkan kebutuhan orang lain dibandingkan kebutuhan dirinya sendiri. Meskipun pada saat itu beliau sendiri sangat membutuhkan, beliau masih sangat peka terhadap kesusahan orang asing ini. Tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri ini merupakan pelajaran dalam perilaku yang harus diteladani setiap orang.

B-11 COBAAN YANG DIHADAPI SEMALA MASA MENUNTUT ILMU

Saat menuntut ilmu di Baghdad, beliau mendapat banyak cobaan dan diuji dengan kehidupan berat di Baghdad. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA sendiri sering berkata, 'Cobaan dan kesulitan yang kuhadapi di Baghdad selama aku menuntut ilmu sedemikian berat sehingga jika cobaan cobaan itu ditimpakan kepada sebuah gunung, gunung itu pasti akan terbelah'. Beliau juga sering berkata, ' Ketika cobaan dan kesulian nyaris tak tertahankan, maka aku akan berbaring di jalan dan terus menerus membaca ayat al Quran, Sungguh, setelah ada kesulitan maka ada kelapangan. Sungguh, disamping kesulitan, ada kelapangan (QS 94:5-6). Dengan melakukan tikrar atas ayat ini, aku senantiasa memperoleh kesenangan dan kedamaian'.
Setelah usai belajar di kelas, beliau bisaa mengembara di hutan hutan sekitar Baghdad, dimana beliau bisaa melewatkan malam dalam zikir kepada Allah, beliau melakukan hal ini tanpa mempedulikan keadaan maupun musim. Jika beliau merasa letih dan lemah, beliau akan beristirahat sebentar, dengan memakai tanah sebagai alas tidurdan batu besar sebagai bantal. Selama malam berzikir ini, beliau mengenakan surban pendek dan selembar jubah tipis. Jika beliau lapar, ditujunya Sungai Eufrat dan dimakannya sayuran apapun yang beliau jumpai di tepi sungai. Beliau selalu menyatakan bahwa beliau mendapatkan banyak kebahagiaan dengan menempuh jalan hidup seperti ini dan kehidupan semacam itu menyebabkan beliau mencapai kedekatan kepada Allah.

B-10 MENEMPUH DAN MENYELESAIKAN PENDIDIKAN AGAMA

Setelah beberapa waktu tinggal di Baghdad Syarif, al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengikuti pendidikan di Jamiah Nizhamiyyah yang tersohor, yang merupakan pusat pendidikan dan ilmu kerohanian di dunia Islam. Ulama ternama dan orang saleh mengajar disini.
Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menuntut ilmu dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Diantara guru beliau adalah Abul Wafa Ali bin Aqil, Abu Zakariyya Yahya bin Ali at Tabrizi, Abu Said bin Abdul Karim, Abul Ana'im Muhammad bin Ali bin Muhammad, Abu Said bin Mubarak al Makhzumi dan Abul Khair Hammad bin Muslim ad Dabbas RA. Beliau memperoleh ilmu qiraat, tafsir, hadits, fikih, syariat dan tarekat dari ulama yang telah disebutkan diatas.
Beliau menjadi pakar di semua bidang keilmuan ini. Di bidang adab, guru beliau adalah Allamah Abu Zakariyya at Tabrizi RA yang merupakan seorang alim besar pada masa itu. Gurunya ini juga adalah penyusun beberapa kitab terkenal, seperti Tafsirul Quran wal I'rab, Syarah Qasha'idul Asyr dan Syarah Diwan Abu Tamam. Dalam bidang fikih dan ushul fikih, guru guru beliau adalah Syekh Abul Wafa bin Aqil al Hanbali, Abul Hasan Muhammad bin Qadhi Abul Ula, Syekh Abul Khathab Mahfudz al Hanbali dan Qadhi Abu Said al Mubarak bin Ali al Makhzumi al Hanbali RA.
Dalam bidang hadits, beliau menerima ilmu dari ulama berikut ini ; Sayyid Abul Barakat Thlhah al Aquli, Abul Ana'im Muhammad bin Ali bin Maimun al Farsi, Abu Utsman Ismail bin Muhammad al Ishbihani, Abu Ghalib Muhammad bin Hasan al Baqillani, Abu Muhammad Jafar bin Ahmad bin al Husaini, Sayyid Muhammad Mukhtar al Hasyimi, Sayyid Abu Manshur Abdur Rahman al Qaz'az dan Abul Qasim Ali bin Ahmad Ban'an al Karghi. Setelah menempuh pendidikan dengan tekun, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA lulus dari Jamiah Nizhamiyyah. Pada masa itu, tidak ada satupun alim di muka bumi yang lebih faqih dan saleh dibandingkan Syekh Abdul Qadir al Jilani RA.

B-9 SYEKH ABDUL QADIR AL JILANI RA MEMASUKI KOTA BAGHDAD

Kota Baghdad mendapat berkah dengan kedatangan al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA pada 488 H. Saat beliau tiba di Baghdad, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA sudah mempergunakan 40 dinar yang diberikan oleh ibunya. Tanpa uang sesenpun, beliau melewati berhari hari dalam kelaparan dan kekurangan. Karena beratnya kefakiran, beliau kemudian pergi ke pasar Khasrus untuk mencari makanan halal. Saat beliau tiba di pasar, dilihatnya bahwa disana sudah ada 70 awliya Allah yang juga mencari makanan halal. Oleh karena beliau tidak ingin bersaing dengan mereka, maka kembalilah beliau ke Baghdad.
Pada saat perjalanan pulang, beliau berjumpa dengan seorang musafir dari Jilan. Ketika dia tahu bahwa Syekh Abdul Qadir al Jilani RA berasal dari Jilan, dia bertanya apakah beliau mengenal seorang pemuda bernama Abdul Qadir. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memberitahu bahwa dialah pemuda yang bernama Abdul Qadir. Sang musafir kemudian menyerahkan sebongkah emas kepada Syekh Abdul Qadir al Jilani RA sambil berkata bahwa emas itu dikirim oleh ibunya. Mendengar hal ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA segera mengucap syukur kepada Allah SWT, kemudian beliau segera kembali ke pasar Khasrus. Disana beliau menghadiahkan sebagian besar emas itu kepada awliya Allah yang sedang mencari makanan. Kemudian beliau mengambil sedikit dari emas itu untuk dirinya dan kembali ke Baghdad.
Sepulang di Baghdad, beliau mempersiapkan makanan, mengumpulkan fakir miskin, dan makan bersama mereka. Hal ini saja sudah memperlihatkan kemuliaan pribadi Ghauts, bahwa meskipun dia sendiri tidak memiliki makanan, pertama tama beliau menghadiahkan sebagian besar emas itu kepada awliya Allah,
kemudian memberi makan fakir miskin, sebelum beliau sendiri makan. Tidak perlu diragukan lagi, inilah tanda seorang hamba Allah yang sejati. Dengan cara inilah al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memulai kehidupannya di Baghdad.

B-8 KETAATAN PADA NASIHAT IBUNDA

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada ibunya, Abdul Qadir al Jilani bergabung bersama sebuah kafilah yang menuju Baghdad. Pada masa itu, orang bepergian dalam kelompok demi menjaga keselamatan diri. Kafilah al Ghauts al A'zham RA tiba di Hamdan tanpa ditimpa suatu apapun. Setelah meninggalkan Hamdan, mereka melanjutkan perjalanan. Perjalanan membawa mereka ke dalam rimba raya, dimana mereka diserang oleh 60 orang yang sangat kejam, bernama Ahmad Badawi. Para musafir tidak membawa senjata untuk mempertahankan diri terhadap para penyamun dan terpaksa menyerahkan harta kekayaan mereka kepada para penyamun. Usai merampok musafir, para penyamun mengumpulkan seluruh barang jarahan dan mulai membagi bagikannya kepada para anggota kawanan. Ketika hal ini berlangsung, al Ghauts al A'zham RA berdiri dengan sangat tenang diantara para musafir. Tidak ada satupun penyamun yang mendekatinya karena beliau hanya dianggap sebagai seorang belia, hingga kemudian salah seorang dari mereka memutuskan untuk menghampirinya. Dia mendekati Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dan menanyainya apakah beliau memiliki barang berharga. Syekh Abdul Qadir al Jilani berkata bahwa dirinya memiliki 40 dinar. Mendengar hal ini, si penyamun menertawakan Abdul Qadir al Jilani muda dan berlalu, karena dia pikir pemuda itu berdusta.
Selang beberapa waktu, seorang penyamun lain menanyai beliau dengan pertanyaan yang sama dan dia mendapat jawaban yang sama. Dia juga mengangggap jawaban al Ghauts al A'zham RA sebagai bualan semata. Ketika para penyamun berkumpul, kedua penyamun tadi mulai mengolok olok pemuda yang berkata bahwa dirinya memiliki harta 40 dinar. Pemimpin mereka, Ahmad Badawi, meminta mereka membawa Abdul Qadir al Jilani kepadanya. Demikianlah, beliau dihadapkan kepada Ahmad Badawi, pemimpin kawanan penyamun, yang kemudian bertanya apakah dia punya barang berharga. Abdul Qadir al Jilani menjawab bahwa dia memiliki uang 40 dinar.
Ahmad Badawi kemudian meminta 40 dinar itu dan Abdul Qadir al Jilani menunjukkan tempat ia menyembunyikannya. Ketika mereka mengoyak jubah Abdul Qadir al Jilani, mereka menemukan 40 dinar yang tersembunyi di bawah lengan baju. Ketika menyaksikan hal itu, Ahmad Badawi dan kawanannya terheran heran. Ahmad Badawi bertanya, 'Wahai anak muda, tidak ada satu pun dari kami yang tahu kamu memiliki uang ini. Engkau tahu kami adalah penyamun, kenapa kau beritahu tempat disembunyikannya uang ini?'.
Pemuda Abdul Qadir al Jilani menjawab, 'Saat saya berangkat untuk menempuh perjalanan ini, saya telah berjanji kepada ibu saya yang telah lanjut usia dan saleh bahwa saya tidak akan pernah berbohong. Bagaimana saya bisa melanggar janji ini hanya karena 60 penyamun ?'. Ketika dia mendengar jawaban ini, Ahmad Badawi sangat malu dan dalam tangisnya, berkata, 'Wahai anak muda, kau sangat taat pada janjimu kepada ibumu. Alangkah hina diriku, bertahun tahun aku telah mengingkari janjiku kepada Sang Khalik, Allah SWT'.
Setelah mengucapkan kata kata ini, sang pemimpin penyamun menjerit dengan pedihnya dan menjatuhkan diri ke kaki Abdul Qadir al Jilani dan memohon ampun atas dosanya. Saat kawanannya melihat hal ini, mereka pun melakukan hal yang sama dan bertaubat dengan tulus. Mereka kemudian mengembalikan semua harta musafir dan mengawal mereka hingga keluar dari hutan itu.
Dikisahkan bahwa taubat para penyamun ini sedemikian ikhlas sehingga mereka dikaruniai walayah, berkat shadaqah al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Berkenaan dengan hal ini, Syekh Abdul Qadir al Jilani menyatakan, 'Kejadian tersebut merupakan kali pertama taubat sekelompok pendosa yang terjadi melalui tanganku'.
Terhadap kejadian ini, Sayyid Abdur Rahim bin Muhammad Ismail as Syirazi menulis sebuah puisi dalam bahasa urdu dalam Gulzare Thayyibah, the Pleasant Garden (taman nan indah)
Charon pay tum nay kar kay tawajjuh
Abdal banaya ali shan
Ya al Ghauts ajab tumhari shan
Kau lemparkan pandang ruhani pada para pejabat
Kau bawa mereka ke ranah wilayah
Wahai, Sang Ghauts Agung, amat menakjubkan kau punya derajat

B-7 NASIHAT IBUNDA

Pada masa itu, lazimnya orang yang sudah berusia lanjut bergantung kepada anak anaknya dalam masalah tunjangan moral dan keuangan, namun hamba Allah yang suci dan saleh ini hanya menginginkan ridha Allah dan Rasul-Nya SAAW. Meskipun perasaannya sangat terikat pada Abdul Qadir al Jilani, beliau tidak membiarkan perasaan pribadinya mengalahkan ridha Allah. Beliau ingin supaya anaknya menjadi orang berilmu dan bijaksana. Pada masa itu, orang bisaa bepergian baik dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai unta atau binatan tunggangan lain. Jalan jalan raya antar daerah melalui hutan rimba dan selalu ada kemungkinan bahaya menghadang para musafir, yaitu dirampok dan dibunuh oleh para penyamun. Sayyidah Ummul Khair Fathimah RDA mengetahui bahaya tersebut, namun tetap mendukung keinginan sang putra. Beliau mendoakan kebaikan anaknya tercinta. Beliau berkata, 'Oh anakku sayang, aku sekarang sudah sangat tua dan kurasa aku tidak akan berjumpa denganmu lagi, namun doaku akan selalu bersamamu. Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberimu keberhasilan dalam upayamu mencari ilmu agama dan ruhani'.
Kemudian beliau berkata, 'Almarhum ayahmu meninggalkan 80 dinar, aku akan memberimu 40 dinar untuk bekal perjalananmu dan 40 dinar sisanya akan kusimpan untuk adikmu, Sayyid Abu Ahmad Abdullah'. Beliau mengambil 40 dinar itu dan menjahitnya di bagian bawah lengan jubahnya. Sekali lagi beliau memanjatkan doa baginya. Saat mengucapkan perpisahan, beliau memberinya nasihat, 'Oh anakku sayang, jadikanlah nasihat yang akan kuberikan ini sebagai bagian penting hidupmu. Senantiasalah berkatalah jujur !. Bahkan jangan pernah terpikirkan sekalipun olehmu untuk bohong'. Pemuda Abdul Qadir al Jilani berkata, 'Ibunda tercinta, ananda berjanji dari lubuk hati untuk berlaku sesuai nasihat ibunda'. Sayyidah Fathimah RDA kemudian memeluk buah hatinya dengan penuh kasih sayang untuk terakhir kalinya, dengan mengucap, 'Pergilah, semoga Allah selalu bersamamu, Dialah Penolong dan Pelindungmu'. Maka dimulailah perjalanan ke Baghdad.

B-6 WAFAT ABDULLAH SUM'I RA

Abdul Qadir al Jilani masih menjadi murid madrasah di Baghdad ketika kakek beliau, Syekh Abdullah RA wafat. Setelah wafat kakek beliau, tanggungjawab untuk mendidik beliau jatuh ke pundak sang ibu. Sang ibu memenuhi tanggungjawab ini dengan ketabahan, ketulusan dan kesungguhan yang luar bisaa. Syekh Abdul Qadir al Jilani berusia sekitar 18 tahun ketika peristiwa ini terjadi. Suatu hari, beliau keluar rumah untuk berjalan jalan. Saat beliau melangkahkan kaki menyusuri jalan jalan Jilan, beliau melihat seekor lembu di depannya. Beliau berjalan dibelakangnya untuk beberapa waktu. Kemudian, lembu itu berpaling ke belakang dan berbicara kepadanya dalam bahasa manusia. Lembu itu berkata, 'Kamu tidak diciptakan untuk ini dan kamu tidak diperintahkan untuk ini'. Dia segera pulang ke rumahnya dan menceritakan peristiwa ini kepada sang ibu. Kemudian beliau meminta ijin untuk merantau ke Baghdad dengan tujuan menyelesaikan pendidikan agamanya dan mencari lebih banyak lagi pengetahuan bathiniah. Ibunya, yang pada saat itu berusia 78 tahun, menyetujui permohonan yang mulia ini tanpa berpikir panjang.

B-5 PERMULAAN MENUNTUT ILMU AGAMA

Ketika Abdul Qadir al Jilani berusia 4 1/2 tahun atau menurut beberapa riwayat 5 tahun, sang ibu mengirimkannya ke sebuah madrasah local di Jilan. Beliau menuntut ilmu di madrasah ini hingga usia 10 tahun. Selama masa ini, beberapa peristiwa menakjubkan terjadi. Setiap kali Abdul Qadir al Jilani akan memasuki madrasah, beliau melihat sosok sosok bercahaya yang berjalan di depannya sambil berkata, 'Beri jalan untuk wali Allah'. Putra beliau, Sayyid Abdur Razzaq RA, mengabarkan bahwa ketika Abdul Qadir al Jilani ditanya kapan beliau pertama kali mengetahui walayah beliau, maka Sang Ghauts yang agung menjawab, 'Ketika aku berusia 10 tahun, kulihat para malaikat berjalan mengiringiku dalam perjalananku menuju madrasah. Saat kami tiba di madrasah, aku mendengar mereka berkata, 'Beri jalan untuk wali Allah, beri jalan untuk wali Allah!', maka aku paham bahwa aku dianugerahi wilayah'.

B-4 PERISTIWA PERISTIWA DI SEPUTAR KELAHIRAN

Ada 2 riwayat sehubungan dengan tanggal kelahiran al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Riwayat pertama yaitu bahwa beliau lahir pada 1 Ramadhan 470 H. Riwayat kedua menyatakan bahwa beliau lahir pada malam 2 Ramadhan 470 H. Tampaknya riwayat kedua lebih dipecaya oleh ulama. Kelahiran al Ghauts al A'zham Syekh Abdul Qadir al Jilani RA merupakan rahmat yang besar bagi umat. Kelahirannya menandakan tibanya Sulthanul Awliya yang telah dikabarkan berabad abad sebelum beliau lahir. Sayyidah Ummul Khair Fathimah RDA berusia 60 tahun ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA terlahir. Umumnya diketahui bahwa wanita pada usia ini tidak mungkin melahirkan anak. Hal ini saja sudah merupakan salah satu keajaiban di seputar kelahiran Sang Wali Agung.

KEAJAIBAN KEAJAIBAN DI SEPUTAR KELAHIRAN
Terlepas dari hal itu, masih banyak lagi peristiwa ajaib di seputar kelahiran Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Syekh Sayyid Syihabuddin Suhrawardi RA menyebutkan 5 keajaiban (karamah) sehubungan dengan kelahiran al Ghauts al A'zham RA dalam kitab terkenal beliau, Manaqib al Ghautsiyyah :
Pada malam kelahiran beliau, ayah beliau bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAAW. Di dalam mimpi beliau, Nabi memberi ucapan selamat sebagai berikut, 'Wahai Abu Shalih, Allah Yang Maha Kuasa telah menganugerahimu seorang anak laki laki saleh. Dia adalah kekasihku dan juga kekasih Allah. Dia adalah yang paling mulia di antara awliya dan aqthab'.
Saat lahir, beliau memiliki tanda beruapa tapak kaki Rasulullah SAAW diatas tengkuk beliau. Ini merupakan tanda walayah (kewalian) beliau.
Allah memberi selamat kepada orangtua beliau di mimpi mereka, bahwa putra mereka kelak akan menjadi Sulthanul Awliya danorang yang menentangnya akan menjadi ghumrah (sesat).
Pada malam kelahiran beliau, sekitar 11.000 lelaki lahir di Jilan. Setiap orang dari mereka adalah wali Allah.
Beliau lahir pada malam Ramadhan dan sepanjang bulan itu (Ramadhan) beliau yang masih bayi tidak pernah menyusu setelah lewat waktu sahur dan sebelum tiba waktu ifthar. Dengan kata lain beliau sudah mulai berpuasa sejak beliau lahir. Ibu beliau berkisah bahwa beliau tidak pernah menangis minta disusui sepanjang siang dan beliau hanya mau menyusu setelah waktu ifthar tiba!.

MASA KANAK KANAK
WAFAT SANG AYAH
Setelah wafat sang ayah, sang kakeklah, Syekh Abdullah Sum'I RA yang merawat beliau. Kakek itulah yang bertanggungjawab atas berlangsungnya pernikahan orangtua sang wali besar. Beliau membentuk Abdul Qadir al Jilani sejak kanak kanak hingga menjadi pribadi yang mulia. Sang kakek melimpahi Abdul Qadir al Jilani dengan mutu manikam ruhaniah. Beliau merawat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA dengan penuh kasih sayang dan mencurahkan padanya kata kata bijaksana.

SUARA GAIB
Abdul Qadir al Jilani tidak berperilaku sebagaimana anak anak seusianya yang menghabiskan waktunya dengan bermain dan bercanda. Sejak usia dini beliau menghabiskan waktu dalam zikir kepada Allah. Jika terbetik dalam hatinya keinginan bergabung dengan anak anak lain, maka sebuah suara gaib akan terdengar, 'Datanglah kepadaku, wahai kau yang diberkahi'. Awalnya Abdul Qadir al Jilani ketakutan apabila mendengar suara tersebut. Beliau akan berlari kepada ibunya dan duduk di pangkuannya. Bersamaan dengan berlalunya waktu, beliau menjadi terbisaa dengan suara ini. Dia tidak lagi berlari mencari ibunya, namun dia akan meninggalkan keinginan untuk bermain dan menyibukkan diri dalam ingat kepada Allah.