Senin, 07 Januari 2008

B-26 KARAMAH BELIAU

SEORANG PENCURI MENJADI ABDAL
Suatu ketika seorang pencuri memasuki rumah Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Begitu memasuki rumah, dia menjadi buta dan sama sekali tidak bisa melihat. Dia tidak bisa keluar dan hanya duduk di sudut rumah. Pada keesokan harinya, dia ditangkap dan dibawa menghadap Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Ketika al Ghauts al A'zham RA melihat dia, diusapnya mata si pencuri. Seketika itu juga penglihatan pencuri pulih. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA kemudian berkata, 'Dia datang untuk mencuri harta dunia, akan kuberi dia berkah berupa kekayaan yang akan selalu bersamanya'. Sambil berkata demikian, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menghunjamkan pandangannya kepada si pencuri dan menaikkan statusnya menuju walayah. Pada saat itu, salah seorang abdal meninggal dunia, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mengirim si pencuri yang sudah menjadi wali untuk menggantikan abdal yang meninggal dunia itu. Subhana Allah.

MEMINDAHKAN ORANG KE TEMPAT YANG JAUH
Suatu kali, saat Syekh Abdul Qadir al Jailani RA sedang memberi ceramah, seseorang bernama Abul Mu'ali menghadiri pengajian beliau. Dia duduk tepat di depan Sang Wali Agung. Ditengah pengajian, Abul Mu''ali merasa ingin buang air. Dia coba sekuat mungkin menahannya, karena merupakan tindakan yang tidak menghormati al Ghauts al A'zham RA bila pergi di tengah pengajian beliau. Dia berusaha sekuat mungkin, namun ketika dia tidak sanggup lagi menahannya, dia akhirnya memutuskan untuk pergi. Saat dia hendak berdiri, dilihatnya Sang Ghauts A'zham RA melangkah turun dari anak tangga pertama mimbar ke anak tangga kedua. Meskipun demikian, Abul Mu'ali juga melihat sosok Sang Wali Agung masih ada di atas mimbar. Syekh Abdul Qadir al Jilani RA mendatanginya dan melemparkan selendang beliau kepadanya.
Seketika itu, Abul Mu'ali melihat dirinya sudah tidak ada di majelis, namun di sebuah lembah dengan tanam tanaman yang indah. Ditambah lagi terdapat air terjun yang mengalir disana. Dia segera melakukan hajatnya, berwudhu dan kemudian salat 2 rakaat. Setelah dia selesai salat, Syekh Abdul Qadir al Jilani RA menarik kembali selendang beliau. Dengan penuh ketakjuban, Abul Mu'ali melihat dirinya masih berada di majelis Sang Wali Agung dan bahkan tidak ketinggalan satu patah katapun ceramah beliau. Belakangan, Abul Mu'ali menyadari bahwa dia kehilangan seperangkat kunci, kemudian dia teringat bahwa ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memindahkannya ke lembah itu, dia menggantungkan kuncinya di sebuah cabang pohon di dekat dirinya. Abul Mu'ali menyatakan bahwa beberapa waktu setelah kejadian tersebut, dia berkesempatan ikut dalam sebuah rombongan dagang. Pada perjalanan itu, Abul Mu'ali tiba di sebuah lembah dan beristirahat. Dia kemudian menyadari bahwa lembah tersebut adalah tempat Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memindahkan dirinya ketika pengajian. Ketika dia menghampiri pohon yang sama, dia menemukan kuncinya masih tergantung di dahan yang sama. Perjalanan kafilah itu harus menempuh waktu 14 hari untuk mencapai lembah, ini menunjukkan bahwa beliau tidak hanya memindahkan Abul Mu'ali secara ruhani, namun juga secara jasmani.

KAPAL TERLINDUNG DARI BADAI
Para murid al Ghauts RA meriwayatkan, suatu ketika, saat memberikan pelajaran kepada mereka, mendadak wajah beliau berubah merah padam dan butiran peluh memenuhi dahi beliau. Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam jubahnya dan diam membisu selama beberapa saat. Para murid menceritakan, setelah menarik kembali tangan beliau dari balik jubah, air bertetesan dari lengan baju beliau. Oleh karena keadaan ruhani beliau pada saat itu, para murid tidak berani mengajukan pertanyaan pada beliau, namun mereka mencatat tanggal, hari dan waktu kejadian mengherankan ini.
Dua bulan kemudian, sebuah rombongan pedagang yang datang ke Baghdad melalui laut, datang dan memberikan beraneka ragam hadiah kepada al Ghauts al A'zham RA. Para murid sangat heran, oleh karena mereka belum pernah sebelumnya melihat para pedagang ini di Baghdad. Mereka kemudian bertanya alasan para pedagang itu memberikan banyak hadiah kepada beliau. Para pedagang itu bercerita bahwa dua bulan yang lalu, saat mereka dalam pelayaran menuju Baghdad, kapal mereka dihadang badai yang sangat ganas.
Ketika sadar bahwa mereka terancam akan tenggelam, mereka menyerukan nama Syekh Abdul Qadir al Jilani RA. Mendadak, sebuah tangan raksasa muncul entah dari mana, mengangkat kapal mereka dan menaruhnya di tempat yang aman. Ketika para murid menghubungkan cerita ini dengan kejadian di madrasah, terbukti bahwa peristiwa ini berlangsung pada tanggal, hari dan waktu yang sama ketika Syekh Abdul Qadir al Jilani RA memasukkan tangan beliau ke dalam jubah. Subhana Allah !. Kejadian ini memperlihatkan, bahwa meskipun tampaknya beliau memasukkan tanggan ke dalam jubah, namun sesungguhnya beliau mengulurkan tangan ke samudera untuk membantu mereka yang telah memanggil namanya.

Tidak ada komentar: