Senin, 07 Januari 2008

B-18 IBADAH HAJI PERTAMA

Syaikh Abdul Qadir al Jilani RA melaksanakan pertama kali haji pada puncak masa mudanya. Hal itu tercatat dalam sebuah karya ternama Adzkarul Abrar, yang didalamnya terdapat pernyataan al Ghauts al A'zham, 'Aku melaksanakan hai pertamaku pada puncak usia mudaku. Dalam perjalananku untuk menunaikan haji, aku mengunjungi Menara Qurun, dimana aku berjumpa Syekh Adi bin Musafir RA. Pada saat itu dia juga masih sangat muda. Dia kemudian menanyakan apakah dia boleh menemaniku. Dengan senang hati aku menerima tawarannya. Maka, kami mulai berjalan bersama.'
Setelah beberapa waktu, aku melihat seorang perempuan Abysinia berkerudung berdiri dihadapanku dan menatap lekat lekat kepadaku. Dia kemudian menanyakan nama dan asalku. Aku menyebutkan namaku dan memberitahu bahwa aku berasal dari Jilan. Dia kemudian berkata, 'Wahai anak muda, kau membuatku lelah mencari carimu. Aku sedang berada di Abysinia ketika aku diberitahu secara ruhiah oleh Allah bahwa Dia telah memenuhi hatimu dengan Nur-Nya dan menganugerahimu dengan kemuliaan tiada tara yang belum pernah diterima wali Allah lainnya. Setelah aku diberitahu hal ini, aku pergi mencarimu. Kini, setelah aku berjumpa denganmu, hatiku berhasrat untuk berjalan bersamamu hari ini dan berifthar bersamamu'. Saat petang tiba, aku melihat sebuah nampan turun dari langit. Diatas nampan ini terdapat 6 roti, kuah daging dan sayuran.
Ketika wanita Abysinia itu melihatnya, dia berseru, 'Ya Allah, Engkau telah menjaga harga diriku. Bisaanya Kau mengirimi aku setiap petang 2 roti, tetapi hari ini Kau memberi makanan yang cukup bagi kami bertiga'. Setelah kami makan, nampan itu naik ke langit dan sebuah nampan lain turun membawa tiga wadah air. Air ini berasa manis dan lezat dan aku tidak pernah sebelum atau sesudahnya, mengecap air yang berasa demikian. Setelah itu, wanita itu pergi. Aku dan Syekh Musafir melanjutkan perjalanan hingga kami tiba di Makkah al Mukaramah.
Suatu ketika, saat melaksanakan tawaf di Masjid Haram, Nur Allah turuh pada Adi bin Musafir yang menyebabkan dia jatuh tak sadarkan diri. Dia tampak seolah olah sudah meninggal. Aku sedang melangkah menghampirinya, saat kulihat lagi wanita saleh dari Abysinia itu disamping Adi. Dia mengguncang tubuh Adi dan berkata, 'Allah lah yang menyebabkan kau mati, maka Allah pulalah yang akan menghidupkanmu lagi, Allah lebih dulu dari Nur-Nya, tiada satu apapun yang menyerupai-Nya. Alam semesta tidak akan ada tanpa perintah-Nya. Tidak ada suatu apapun sebelum Allah menciptakannya. Sekarang, Cahaya dan Kuasa Allah telah memenuhi hati dan benak para ahli ma'rifah dan ini membuat mata mereka terkatup'. Begitu wanita itu selesai mengucapkan kata kata ini, Syekh Adi kembali sadar dan bangkit.
Kemudian, saat melakukan tawaf, Allah mengirimkan pancaran Cahaya-Nya yang penuh berkah kepadaku dan kudengar sebuah suara gaib, 'Wahai Abdul Qadir, lupakan dunia lahiriah dan ingatlah Penciptamu. Kami akan memberimu tanda tanda berupa keajaiban keajaiban Kami. Jangan campur adukkan pikiran duniawimu dengan pikiran tentang Kami. Tetaplah bersabar. Jangan mencari kesenangan selain bersama-Ku. Bersiaplah untuk memberi manfaat pada makhluk Allah, karena ada beberapa hamba-Ku yang terpilih yang akan mencapai-Ku melalui wasilahmu'. Ketika hal ini terjadi, aku mendengar suara wanita Abysinia yang berkata, 'Wahai Abdul Qadir, engkau telah diberi anugerah besar hari ini. Aku melihat sebuah payung bercahaya diatas kepalamu dan aku melihat para malaikat mengelilingimu. Hari ini, semua awliya Allah akan memandang ke arahmu'. Setelah mengucapkan kata kata ini, dia menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.

Tidak ada komentar: